Makassar (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian Sulawesi Selatan menargetkan ekspor komoditi porang ke China sebanyak 3.000 ton pada 2022, setelah ekspor porang kembali dibuka tahun ini setelah sempat ditutup sejak Juni 2020.

"Kita pernah ekspor 3.000 ton, tapi berhenti Juni 2020, itu terakhir. Makanya kita kembali mencoba menargetkan angka ekspor tersebut," ujar Kepala Balai Karantina Pertanian Sulawesi Selatan Natsir Luthfi di Makassar, Jumat.

Luthfie mengemukakan bahwa seiring dibukanya kran ekspor ke China untuk komoditi porang Indonesia, dua perusahaan eksportir dari Sulsel juga telah mengantongi nomor registrasi sebagai salah satu syarat bisa mengekspor ke negeri Tiongkok.

Kedua perusahaan tersebut, yakni PT Harvestama Biota Alam dan PT Insan Agro Sejahtera.

Perusahaan ini mencatatkan diri sebagai perusahaan yang pertama kali memperoleh nomor registrasi dari Badan Karantina Perantina kepada GACC sejak digelar Maret 2022 lalu.

Pengajuan proses rekomendasi ekspor dan eksportir serpih porang tujuan China tahap pertama telah dilakukan oleh Badan Karantina Perantina kepada GACC pada Maret 2022 lalu.

"Syarat GACC, semua kebun porang harus teregistrasi termasuk rumah produksinya. Kami sudah mengajukan empat perusahaan eksportir tapi cuma dua yang berhasil mendapat nomor registrasi," ujarnya.

Kepala Dinas Perdagangan Sulsel Ashari Radjamilo mengemukakan bahwa komoditi porang adalah komoditi unggulan di Sulsel yang memberi kontribusi sebesar 15 persen dari 10 komoditi unggulan terbesar di Sulsel.

"Kita tahun sebelumnya juga mengirim ke Vietnam, tapi tidak sebesar ke China," ujar dia.

Porang (Amorphophallus muelleri) saat ini menjadi unggulan ekspor komoditas pertanian Indonesia. Pemerintah terus mendorong pengembangan tanaman porang yang umbinya dapat menghasilkan produk turunan bernilai tinggi.

Sementara salah satu pembudidaya porang bernama Indra Bayu mengakui bahwa ditutupnya ekspor porang sejak 2020 mengakibatkan petani porang sangat kesulitan, sebab modalnya tidak bisa berputar akibat harga porang yang menurun drastis.

Sebelum ekspor dihentikan, harga komoditas porang sekitar Rp7000 per kilogram, sekarang sisa Rp3500 per kilogram.

"Bagi petani yang tidak membutuhkan uang cepat, bahkan lebih bagus porangnya masih di tanah, karena semakin tahun semakin besar. Tapi bagi petani kecil yang butuh uang cepat, mau tidak mau dia panen dengan harga murah," kata Bayu menjelaskan.

Baca juga: Dua perusahaan asal Sulsel kembali bisa ekspor porang ke China
Baca juga: BNI Xpora dukung UMKM Jatim ekspor porang ke pasar Asia hingga Eropa
Baca juga: Presiden minta Mentan serius tangani porang agar jadi unggulan ekspor

 

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022