Saat ini VKTR terus berupaya untuk mengambil peran dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di tanah air, mengingat Indonesia memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 25 persen dari seluruh cadangan dunia
Jakarta (ANTARA) - PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR), anak perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) yang bergerak di bidang baterai dan percepatan elektrifikasi transportasi, menggandeng PT Tambang Nikel Sulteng (TNS) untuk penyediaan pasokan bijih nikel.

Kesepakatan kerja sama ini dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono dan Direktur Utama TNS Ronny Tanusaputra, di Palu, Sulawesi Tengah.

"Saat ini VKTR terus berupaya untuk mengambil peran dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di tanah air, mengingat Indonesia memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 25 persen dari seluruh cadangan dunia," kata Gilarsi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Sesuai dengan MoU tersebut, TNS akan menyediakan pasokan bijih nikel yang diperoleh dari proses penambangan yang ramah lingkungan kepada VKTR. Bijih nikel tersebut rencananya akan diolah oleh perusahaan patungan antara VKTR dan pihak lain. Adapun, TNS nantinya juga diberikan peluang untuk memiliki saham di dalam perusahaan patungan tersebut.

Hilirisasi industri nikel, lanjut Gilarsi, nantinya bisa menjadikan Indonesia pemain utama dalam bidang produksi baterai lithium. Hilirisasi ini tentunya akan meningkatkan nilai tambah ekonomi secara signifikan.

Menurut Gilarsi, pada 2022 ini pemerintah menargetkan produksi olahan nikel tembus di angka 2,58 juta ton. Target itu bakal ditopang lewat produksi Feronikel sebesar 1,66 juta ton, Nickel Pig Iron 831.000 ton, dan Nickel Matte 82.900 ton.

“Kita berharap, dalam lima tahun ke depan produksi nikel dalam negeri bisa terus meningkat secara berkelanjutan mengingat melimpahnya cadangan nikel di Indonesia,” katanya.

Umur cadangan bijih nikel Indonesia dapat mencapai 73 tahun untuk jenis bijih nikel kadar rendah di bawah 1,5 persen atau bijih nikel limonit. Asumsi umur cadangan tersebut berasal dari jumlah cadangan bijih nikel limonit mencapai 1,7 miliar ton dan kebutuhan kapasitas pengolahan di dalam negeri sebesar 24 juta ton per tahun.

Sementara untuk bijih nikel kadar tinggi di atas 1,5 persen atau nikel saprolit, umur cadangannya disebutkan hanya cukup untuk sekitar 27 tahun ke depan. Hitungan ini berdasarkan asumsi jumlah bijih saprolit sebesar 2,6 miliar ton dan kapasitas kebutuhan biji untuk smelter dalam negeri mencapai 95,5 juta ton per tahun.


Baca juga: Pemerintah segera batasi ekspor sejumlah bahan mentah
Baca juga: Vale jaga prinsip konservasi mineral dan pertambangan berkelanjutan
Baca juga: Presiden yakin RI produsen utama barang berbasis nikel di pasar global

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022