Hasil penjualan itu kita harus setorkan ke kas daerah
Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah menyiapkan sembilan titik tempat pembuangan sementara (TPS) untuk pemilahan sampah rumah tangga yang akan menjadi pakan maggot.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Jumat mengatakan sampah rumah tangga berupa sampah basah bekas makanan, buah-buahan dan sayuran yang sudah terpilah di TPS langsung dibawa ke sentra budidaya maggot di Kebon Talo.

"Dengan demikian, maka volume sampah yang di buang ke tempat pembuangan akhir (TPA) secara bertahap juga bisa berkurang," katanya.

Menurutnya, dari hasil pemilihan sampah sementara saat ini dihasilkan sekitar lima ton sampah rumah tangga dalam sehari, dan setelah diolah menjadi makanan maggot hanya jadi satu ton.

Baca juga: Pemprov NTB dukung Mataram jadi pusat pengolahan sampah metode BSF

Baca juga: DLH: Volume sampah di Mataram turun karena program pemilahan


"Hasilnya per 10 hari, mulai 1 Juli lalu kita sudah bisa panen dan jual. Hasil penjualan itu kita harus setorkan ke kas daerah menjadi pendapatan asli daerah," katanya.

Ia mengatakan, untuk meningkatkan produksi maggot ini diperlukan kerja sama dan komitmen masyarakat untuk melakukan pemilihan sampah organik mulai dari rumah tangga.

Berdasarkan hasil evaluasi, kegiatan pemilahan sampah saat ini sudah berjalan sekitar 10-15 persen. Karenanya, untuk lebih mengoptimalkan pihaknya terus melakukan sosialisasi pilah sampah melalui 50 kelurahan di enam kecamatan.

"Targetnya, saat HUT Kota Mataram pada 31 Agustus 2022, minimal 70 persen sampah rumah tangga sudah bisa memilah sampah. Kalau sekarang baru kisaran 15 persen yang terpilah," katanya.

Sementara, lanjut Kemal, untuk pangsa pasar maggot saat ini sudah banyak, sebab maggot kini banyak diolah menjadi pakan ternak seperti ayam, burung, ikan dan lainnya.

Selain itu, maggot juga bisa diolah menjadi tepung yang dijadikan bahan campuran pembuatan pakan ternak. Harganya tepung maggot mencapai hingga Rp70 ribu per kilogram.

"Budidaya maggot ini bisa menjadi peluang pendapatan daerah yang baru," katanya lagi.

Baca juga: Program pemilahan sampah Kota Mataram kurangi volume sampah di TPA

Baca juga: DLH Mataram akan olah sampah jadi energi listrik

Pewarta: Nirkomala
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022