Jakarta (ANTARA) - Seiring perkembangan zaman semua hal berubah termasuk mainan, sekarang ini banyak mainan yang diimpor dengan berbahan plastik, menggunakan baterai dan remote kontrol.

Bahkan telepon seluler maupun gawai berisi permainan sudah menjadi alat "wajib" yang dimiliki atau dimainkan bocah masa kini.

Baca juga: Cara tepat membersihkan mainan kayu

Berbeda dengan anak pada zaman 90-an, mainan kala itu terbuat dari bahan kayu dan diberi warna dengan cat sederhana, dengan itu saja para anak-anak sudah merasa bahagia memiliki mainan seperti itu.

Walau mulai tergeser oleh mainan plastik atau barang elektronik, ternyata mainan kayu masih diproduksi oleh para perajin. Mereka masih konsisten dalam mempertahankan mainan yang biasanya berupa truk dan bus.

Selain itu, mainan kayu juga lebih ramah lingkungan dibanding dengan bahan plastik apalagi mainan yang dilengkapi baterai karena mengandung bahan kimia.

Mainan tradisional dari kayu juga bisa meningkatkan kreativitas dan bentuk karakter anak hal ini sangat berbeda dengan mainan plastik atau mainan berteknologi lainnya yang tinggal ditekan dan bekerja secara otomatis.

Penjual memperlihatkan mainan kayu di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (16/6/2022). Pemilik Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang khusus memproduksi mainan berbahan kayu mencoba bertahan di tengah pandemi dan gempuran mainan berbahan plastik. ANTARA/Ilham Kausar
Dari Mengisi Kekosongan

Pengerjaan mainan kayu juga terbilang masih alami dan hampir seluruhnya menggunakan tangan, namun tetap menjadi ladang penghidupan mereka.

Seperti Hidayat yang merupakan pemilik toko mainan “Ceria Anak” menceritakan awalnya dia datang ke Jakarta sekitar 2003.

Baca juga: Tren positif industri mainan, produsen lokal siap masuk ke mancanegara

Dia datang untuk mengisi ruang kosong untuk menampilkan hasil karya seni berupa lukisan wajah dalam acara yang diadakan di salah satu hotel kawasan Jakarta berdasarkan informasi dari salah satu kerabatnya.

Ternyata hasil karya seninya mendapatkan apresiasi dari orang yang berkunjung ke acara tersebut dan banyak yang tertarik untuk membeli hasil karyanya.

Sebagian uang yang didapatkan dari hasil menjual karya seni lukisan digunakan untuk menyewa tempat tinggal di Jakarta.

Seiring waktu berjalan ia mulai menjajakan karya seninya di kawasan Blok M Jakarta Selatan. Saat menjual karyanya, ia mendapatkan tawaran dari salah satu pembeli untuk melukis di badan truk.

Setelah dia beberapa lama melukis badan truk, ia berpikir untuk membuat kerajinan tangan berupa mainan kayu.

Awalnya, ia hanya mampu membuat mainan kayu berupa truk hingga saat ini mampu membuat beragam jenis mainan kayu bahkan tak jarang perusahaan bus memesan miniatur bus kayu darinya.

Untuk satu mainan kayu berupa truk membutuhkan waktu sekitar tiga minggu mulai dari proses awal hingga selesai pengecatan, hampir sepenuhnya menggunakan material kayu.

Namun, beberapa variasi menggunakan roda yang terbuat dari karet. Selain itu as roda juga menggunakan sebilah besi sebagai penopang.

Sementara untuk pesanan membutuhkan waktu sekitar satu sampai dua bulan pengerjaan karena perlu riset yang mendalam agar detail dan bentuk bus bisa serupa dengan aslinya.

Baca juga: Ketua DPD sebut ekspor Master Kidz jadi angin segar bagi perekonomian

Hidayat (58 tahun) tetap membuat mainan tradisional dari kayu selain ikut melestarikan, mainan kayu juga lebih awet dibanding bahan plastik. Pemilik Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang khusus memproduksi mainan berbahan kayu mencoba bertahan saat pandemi dan gempuran mainan berbahan plastik. ANTARA/Ilham Kausar
Prospek Pasar

Harga untuk mainan kayu di tempat ini dibanderol mulai dari Rp5 ribu hingga Rp300 ribu tergantung jenis dan ukuran.

Mainan terbuat dari kayu memang terkadang lebih mahal namun ketahanannya bisa bertahun-tahun lamanya.

Omset yang diperoleh selama satu bulan biasanya tidak menentu tapi rata-rata mencapai Rp5 juta sampai Rp10 juta per bulan.

Untuk mendapatkan kualitas kayu yang bagus menjadi kendala yang dialami oleh Hidayat karena tidak semua kayu dapat diolah untuk jadi mainan.

Jenis mainan yang dijual di toko memiliki beragam jenis, mulai dari mainan anak laki-laki seperti mobil, truk, kuda lumping, gangsing, yoyo, perahu.

Kerajinan kayu yang dibuat di tempat ini berupa pajangan seperti miniatur kapal perahu pinisi, bermacam jenis topeng dan juga mainan seperti kendaraan mulai dari mobil, bus hingga truk, selain itu juga ada rumah boneka dan alat masak-masakan.

Lokasi toko mainan ini juga cukup strategis, terletak di pinggir Jalan Ulujami Raya, Jakarta Selatan ini buka setiap hari dari pukul 09.00-19.30 WIB.

Hidayat membangun tempat ini sejak 2013, dia membuat dan merakit mainan yang dijual, terkadang jika ada pembeli yang ingin memperbaiki mainan dia juga dengan senang hati membantu.

Baca juga: Mainan tenaga surya dorong anak-anak kenal energi bersih

Kondisi toko yang terlihat penuh dan sesak dengan mainan yang dibuat oleh Hidayat untuk memamerkan semua hasil kerajinan tangannya.

Selain itu, kondisi toko yang sedikit semrawut untuk memudahkan mengambil stok mainan yang diinginkan pembeli.

Dalam sehari toko ini biasanya didatangi oleh sekitar 10-20 pembeli per hari ketika akhir pekan toko ini mengalami kenaikan pembeli sekitar 30 orang mendatangi pembelinya yang umumnya didominasi oleh para ibu yang membawa anaknya untuk mengenalkan mainan kayu.

Tak jarang ada juga pembeli yang datang untuk sekedar bernostalgia akan masa kecilnya, melihat mainan-mainan yang dahulu mewarnai hidup mereka.

Selain membuat dan menjual kerajinan mainan kayu, toko ini juga dapat memperbaiki mainan-mainan kayu yang rusak mulai dari kerusakan ringan sampai kerusakan berat.

Tak jarang para pengunjung yang datang ke toko ini untuk sekedar memperbaiki mainan kayunya yang rusak seperti ban yang lepas, pengecatan ulang atau bagian mainan yang hilang karena terbentur atau hal lain.

Harga untuk perbaikan bervariasi, untuk perbaikan ringan ia tidak menetapkan tarif tertentu sementara untuk perbaikan berat seperti pengecatan ulang dikenakan Rp50 ribu-Rp80 ribu.

Dengan persaingan pasar saat ini, ia memulai untuk berjualan secara daring, karena ia ingin menjangkau pasar yang lebih besar tidak hanya di sekitaran Jakarta.

Setelah ia mulai berjualan daring para pelanggan mulai berdatangan dari luar Jakarta bahkan luar Pulau Jawa.

Suatu saat, Hidayat berharap tokonya dapat menjadi tempat pelatihan bagi warga yang ingin belajar membuat mainan kayu.

Hidayat juga mengharapkan dukungan pemerintah untuk membantu para perajin, seperti dirinya untuk mengadakan pameran kerajinan mainan kayu guna mensosialisasikan dan melestarikan kepada generasi penerus supaya mainan kayu tidak lekang oleh waktu.

Baca juga: Senjakala mainan kayu pada era maju
 

Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022