Jakarta (ANTARA) - Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam menyatakan efektivitas transformasi hijau di Indonesia cukup bagus sejak 2011 sampai 2020 yang ditunjukkan melalui Green Economy Index (GEI) atau Indeks Ekonomi Hijau.

“Hasilnya secara overall index performance terlihat bahwa ternyata Indonesia tidak terlalu jelek. Ada progress walaupun naik turun,” katanya dalam Media Briefing G20: Measuring The Progress of Low Carbon and Green Economy yang diikuti Antara di Jakarta, Selasa.

GEI sendiri merupakan alat untuk mengukur efektivitas dan mengevaluasi kemajuan secara keseluruhan terhadap transformasi ekonomi hijau secara tangible, representatif dan akurat.

GEI dapat digunakan untuk menilai interaksi sosial, ekonomi dan lingkungan dalam lingkup ekonomi hijau sekaligus mengidentifikasi potensi risiko dan peluang dalam merancang kebijakan ekonomi hijau yang lebih baik.

GEI ini terdiri dari 15 indikator terpilih yang mewakili tiga pilar sustainable development yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.

Sebanyak 15 indikator tersebut meliputi rata-data lama sekolah, angka harapan hidup, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka yang masuk dalam pilar sosial.

Sementara untuk indikator pilar lingkungan meliputi persentase luas tutupan lahan dari luas daratan Indonesia, bauran energi baru terbarukan dari sumber energi primer serta persentase sampah terkelola.

Indikator lingkungan dalam GEI juga mencakup persentase penurunan emisi kumulatif dari baseline sekaligus penurunan tutupan lahan gambut.

Untuk indikator kategori ekonomi dalam GEI meliputi produktivitas tenaga kerja sektor jasa, produktivitas tenaga kerja sektor industri, produktivitas pertanian, pendapatan nasional bruto per kapita, intensitas energi final serta intensitas emisi.

Medril menjelaskan 15 indikator ini merupakan adopsi dari indikator-indikator yang sudah digunakan oleh berbagai kajian di tingkat global dan dikombinasikan dengan kriteria SMART yaitu specific, measurable, achievable, relevant dan time-bound goals.

“Indikator-indikator ini sudah digunakan oleh berbagai kajian di global. Ini coba kita ambil yang tentunya relevan dengan konteks Indonesia,” katanya.

Medril menuturkan GEI Indonesia mengalami peningkatan sekitar 25 persen sejak 2011 yang sebesar 47,2 menjadi 59,17 pada 2020.

Secara rinci, GEI Indonesia pada 2011 sebesar 47,2 yang perlahan naik ke level 48,39 pada 2012 dan kembali naik ke level 50,8 pada 2013 yang terus naik sampai ke level 52,85 pada 2014 namun turun ke level 51,54 pada 2015.

Penurunan GEI Indonesia pada 2015 disebabkan oleh adanya kebakaran hutan besar yang mempengaruhi aspek ekonomi, sosial hingga lingkungan.

“Ini 2015 ada jeblok turun pengaruh kebakaran yang cukup signifikan apalagi dari sisi lingkungan,” ujarnya.

Meski demikian, GEI Indonesia berhasil naik cukup tinggi ke level 55,28 pada 2016 dan terus naik ke level 57,13 pada 2017 dan sedikit naik ke 57,79 pada 2018 sebelum akhirnya turun ke 56,04 pada 2019 namun berhasil naik menuju 59,16 pada 2020.

Jika berdasarkan pilar, Medril menjelaskan secara keseluruhan untuk pilar sosial menunjukkan peningkatan selama sepuluh tahun terakhir kecuali pada 2020 ketika pandemi COVID-19.

“Pandemi menyebabkan kemunduran signifikan pada tingkat kemiskinan dan pengangguran,” jelasnya.

Untuk pilar ekonomi sepanjang 2011-2020, sebagian besar memiliki skor yang baik dengan intensitas energi menunjukkan kinerja paling progresif.

Untuk pilar terakhir yaitu lingkungan baru menunjukkan performa yang baik mulai 2015 terutama karena tingginya pertumbuhan bauran energi baru dan terbarukan serta sampah terkelola.

Medril menambahkan, terdapat tiga temuan highlight pada GEI Indonesia yaitu performa ekonomi hijau menunjukkan tren meningkat selama sepuluh tahun dengan skor komposit 59,17 pada 2020.

Tak hanya itu, indikator dalam pilar ekonomi adalah yang paling progresif terutama untuk intensitas energi final yang skornya meningkat dari 34 pada 2011 menjadi 74 pada 2020.

Terakhir, empat indikator memiliki skor sangat baik atau lebih dari 75 adalah tutupan hutan, sampah terkelola, produktivitas tenaga kerja industri dan angka harapan hidup.

Baca juga: Bappenas bentuk Indeks Ekonomi Hijau untuk lihat hasil transformasi
Baca juga: Wamenkeu: Pemerintah mulai cari sumber pertumbuhan ekonomi baru
Baca juga: Pembangunan IKN jadi jembatan untuk wujudkan ekonomi hijau

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022