Dil (ANTARA News) - Presiden Timor Timur (Timtim), Kay Rala Xanana Gusmao, pada Kamis(23/3) melontarkan kritik atas pemecatan hampir 600 prajuritnya, namun mengatakan masih menghormati langkah yang diambil pemimpin militer negara tersebut. Brigjen Taur Matan Ruak pekan lalu memecat 591 prajurit, atau lebih dari sepertiga pasukan angkatan bersenjata reguler Timtim, setelah mereka melakukan desersi bulan lalu untuk memprotes apa yang mereka sebut nepotisme dan kondisi buruk. "Sebagai presiden, saya tidak setuju sama sekali dengan keputusan Brigjen Taur, karena keputusan itu terlalu terburu-buru dan ia terlalu mempercayai para penasihatnya," kata Xanana pada jumpa pers. Namun, Xanana selaku panglima tertinggi menyatakan, "menghormati" keputusan Ruak itu. Ruak mengatakan, prajurit-prajurit itu tidak akan bisa diterima lagi di militer, bahkan meski Xanana memerintahkan pemulihan ststus mereka. Xanana juga berterima kasih kepada prajurit-prajurit itu atas kontribusi mereka bagi Timtim. Sebagian besar dari kelompok prajurit itu menyampaikan keluhan mereka kepada Xanana, yang mantan pemimpin gerilya selama perang untuk mencapai kemerdekaan dari Indonesia. Namun, prajurit-prajurit itu melakukan desersi tak lama setelah kembali ke barak-baraknya. Sekira 840 prajurit reguler tetap bertugas di militer Timtim, dan masih terdapat juga sekira 1.500 prajurit cadangan. Banyak dari prajurit yang desersi itu adalah mantan gerilyawan yang melawan kekuasaan Indonesia di wilayah itu. Timtim yang ditinggalkan begitu saja setelah sekira lima abad dijajah Portugal, pada 1978-1999 berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), namun rakyat mereka melepaskan diri dan menjadi negara termuda di dunia pada Mei 2002 pasca-jajak pendapat di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1999. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006