Apa yang terjadi? Penghilangan paksa para pemuda malam itu oleh otoritas pemerintah dan kelompok kejahatan
Mexico City (ANTARA) - Mantan Jaksa Agung Meksiko Jesus Murillo pada Jumat ditangkap di rumahnya di Mexico City dalam penyelidikan kasus hilangnya 43 mahasiswa pada 2014.

Dia ditangkap dengan tuduhan terlibat menghilangkan secara paksa dan menyiksa korban serta menghalangi keadilan dalam kasus yang terjadi di negara bagian Guerrero itu.

Beberapa jam setelah penangkapannya, pengadilan juga mengeluarkan 83 perintah penangkapan terhadap tentara, polisi, pejabat Guerrero dan anggota geng kejahatan.

Murillo dibawa ke Kejaksaan Agung dan akan dipindahkan ke penjara Mexico City, kata pihak berwenang.

Baca juga: Gadis Meksiko yang sempat hilang dinyatakan tewas akibat sesak nafas

Saat dibawa ke tahanan dia memakai celana hitam, tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket abu-abunya. Seorang penegak hukum dengan sepucuk senapan berdiri di belakangnya.

Kejaksaan Agung mengatakan Murillo bersikap kooperatif "tanpa perlawanan".

Selama bertugas pada 2012-2015 di bawah Presiden Enrique Pena Nieto, Murillo menangani penyelidikan kasus yang menimpa 43 mahasiswa Sekolah Tinggi Guru Perdesaan Ayotzinapa pada 26 September 2014 itu.

Sejak itu, baru tiga jenazah mahasiswa sudah ditemukan dan diidentifikasi.

Para pakar internasional mengkritik penyelidikan kasus itu yang penuh kesalahan dan pelanggaran, termasuk penyiksaan terhadap saksi.

Presiden Andres Manuel Lopez Obrador menjabat pada 2018 dengan janji untuk mengungkap apa yang terjadi pada para mahasiswa itu.

Sejak 2020, pemerintahannya telah berusaha menangkap Tomas Zeron, mantan pejabat tinggi lain yang diduga terlibat.

Tahun lalu, pemerintah Meksiko meminta Israel untuk mengekstradisi Zeron.

Saat ditanya tentang langkah pemerintah saat ini untuk memeriksa penyelidikan di masanya, Murillo mengaku senang dan siap diperiksa, menurut laporan media pada 2020.

Penangkapan itu muncul sehari setelah pejabat tinggi HAM Meksiko, Alejandro Encinas, menyebut kasus itu "kejahatan negara" yang melibatkan sejumlah pejabat lokal, negara bagian dan federal.

"Apa yang terjadi? Penghilangan paksa para pemuda malam itu oleh otoritas pemerintah dan kelompok kejahatan," kata Encinas dalam jumpa pers.

Dia mengatakan level tertinggi pemerintahan Pena Nieto mendalangi upaya menutup-nutupi, termasuk merusak tempat kejadian perkara dan menyembunyikan kaitan antara pihak berwenang dan pelaku kejahatan.

Murillo mengambil alih kasus Ayotzinapa itu pada 2014 dan menyebut temuan dalam penyelidikannya sebagai "kebenaran bersejarah".

Menurut versi tersebut, sebuah geng narkoba setempat mengira para mahasiswa itu adalah anggota geng saingan. Mereka dibunuh, dibakar dan dibuang ke sebuah sungai.

Sebuah panel pakar internasional melihat celah pada keterangan itu dan PBB mengecam penahanan dan penyiksaan secara sewenang-wenang dalam penyelidikan.

"Kebenaran bersejarah" itu akhirnya menjadi selaras dengan anggapan bahwa pemerintah Pena Nieto korup dan kebal hukum di tengah kemarahan yang meluas karena ketidakjelasan.

Murillo mengundurkan diri pada 2015 setelah mendapat kritikan pedas atas penanganan kasus itu.

Vidulfo Rosales, pengacara dari para orang tua korban, mendesak pemerintah untuk melakukan lebih banyak penangkapan.

"Masih banyak yang tertinggal sebelum kita berpendapat bahwa kasus ini telah terpecahkan," kata dia di televisi.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kelompok HAM: Meksiko catat tahun paling mematikan bagi wartawan
Baca juga: Meksiko: Hilangnya 43 mahasiswa adalah kejahatan negara

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022