Patriot Park, Moskow (ANTARA) - Di tengah arena ARMY 2022 di Taman Patriot, sekitar 55 km di arah barat Moskow, terdapat satu paviliun besar Rosoboronexport. Inilah satu-satunya badan yang menjadi semacam pemegang otoritas pemasaran berbagai jenis sistem persenjataan Rusia, yang berada dalam satu naungan besar Rostec, suatu "holding raksasa" ratusan BUMN di sektor pertahanan dan terkait negara itu.

ARMY merupakan eksposisi beragam sistem persenjataan dan pertahanan matra darat, laut, dan udara secara sekaligus dari Rusia, di dalam arena-arena yang berjauhan walau masih di dalam satu kompleks raksasa Taman Patriot. Untuk pameran statis dan dinamis matra udara dilaksanakan di Pangkalan Udara Kubinka, sedangkan matra laut dan demonstrasi langsung matra darat digelar di Kompleks Latihan Angkatan Darat Rusia di Albino.

Untuk dapat membeli persenjataan dari Rusia, negara peminat atau badan yang ingin melaksanakan perjanjian pembelian, harus berurusan dengan Rosoboronexport. Di Rusia, kehadiran BUMN di sektor industri pertahanan memainkan peran sangat dominan dan jumlah BUMN di sektor ini mencapai ribuan, besar dan kecil, dan semuanya saling terhubung dalam skema-skema rantai logistik yang terpadu sesuai dengan klaster-klasternya.

ANTARA diundang UAC (United Aircraft Corporation atau Obyedinyonnaya Aviastroitelnaya Korporatsiya/AOK), bersama dengan belasan jurnalis kemiliteran dari berbagai negara untuk menghadiri langsung ARMY 2022, yang digelar setiap musim panas tahun genap. Berbagai hal tentang kemajuan di bidang rekayasa industri, penelitian dan pengembangan, uji coba, hingga demonstrasi langsung di lapangan tentang sistem-sistem pertahanan mereka, diutarakan secara terbuka; kecuali beberapa hal yang dikategorikan "rahasia".

Pabrikan pesawat terbang Sukhoi, Mikoya-Gurevitch (MiG), Tupolev, dan Ilyushin berada di bawah naungan UAC bersama dengan beberapa perusahaan pembuat sistem peluru kendali dari pesawat tempur, persenjataan ringan dan personal Kalashnikov (sebagian sahamnya sudah dijual kepada publik), dan beberapa yang lain. Adapun helikopter Mil dan Yakovlev ada di bawah holding Russian Helicopters.

Sebagai negara yang menganut kebijakan luar negeri non-blok dan sekaligus penggagas dan pendiri Gerakan Non-Blok, Indonesia juga mengadakan berbagai sistem persenjataannya dari Rusia, yang dimulai pada masa Orde Baru saat negara itu masih menjadi Uni Soviet. Pada masa akhir dasawarsa '50-an hingga akhir '60-an, berbagai persenjataan dari Uni Soviet pernah menjadikan Indonesia sebagai negara terkuat secara militer di belahan selatan Bumi sekaligus negara dunia ketiga terkuat persenjataannya.

Hingga saat ini, Rusia menjadi salah satu penyumbang sistem persenjataan dan pertahanan nasional yang sangat penting, selain negara-negara Barat dengan Amerika Serikat yang secara de facto masih menjadi negara terkemuka di sektor industri pertahanannya. Salah satu kepentingan nasional yang mengemuka sejak pertengahan dasawarsa lalu adalah wacana pengganti F-5E/F Tiger II yang saat itu masih tergabung di dalam Skuadron Udara 15 TNI AU, berpangkalan di Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi, Jawa Timur.

Saat itu disebutkan bahwa calon penggantinya adalah pesawat tempur bermesin dua, yang dalam kategori kesenjataan udara termasuk ke dalam pesawat tempur berat serta ada di kelas teknologi "generasi kelima". Secara tidak resmi, istilah ini sebetulnya mengacu pada tahapan-tahapan perkembangan teknologi pesawat tempur yang dilontarkan Amerika Serikat, yang terlanjur "diadopsi" berbagai negara.

Saat itu, disebut-sebut bahwa calon penggantinya adalah Sukhoi Su-35 Super Flanker, di mana TNI AU sebelumnya telah menjadi salah satu operator Su-27 dan Su-30 di Asia Tenggara karena kelompok (batch) pertama pesawat tempur buatan Sukhoi, Rusia, itu telah mendarat di Tanah Air pada semester kedua 2003, pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Kala itu, Su-27 dan Su-30 TNI AU belum lengkap persenjataan strategisnya, baru belakangan rudal-rudalnya datang melengkapi taring dan cakar Flanker itu.

Waktu berjalan, kontrak pembelian satu skuadron Su-35 Super Flanker ditandatangani dengan berkali-kali media massa meluncurkan berbagai berita tentang skema-skema pembelian pesawat tempur bermesin ganda itu. Sampai akhirnya, Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, pada masa pemerintahan kedua Presiden Joko Widodo, menandatangani nota kesepahaman tentang pembelian 42 unit Rafale dengan koleganya, Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, di Gedung Kementerian Pertahanan, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, pada 10 Februari 2022.

Jumlah yang diurus dalam nota kesepahaman itu sangat signifikan, yaitu 42 unit dari semula 36 unit sebagaimana dipahami publik dalam wacana akuisisi yang beredar selama ini dan jumlah itu jelas memerlukan waktu pemenuhan kontrak efektif yang tidak sebentar dan jumlah uang yang sangat besar. Belum lagi hal ini terwujud di tingkat teknis, ada lagi wacana bahwa F-15EX dari Boeing, Amerika Serikat, juga masuk dalam daftar pesawat tempur berat yang dilirik.

Di dalam arena ARMY 2022 hal itu jelas tidak dibahas secara khusus oleh berbagai perwakilan pemerintahan Rusia ataupun Rostec atau juga Rosoboronexport. Sejatinya di dalam jadwal yang disusun pengundang, ANTARA berkesempatan mendengar langsung kebijakan pemasaran sistem-sistem pertahanan Rusia oleh orang yang paling berwenang soal ini, yaitu Direktur Dinas Federal untuk Kerja Sama Teknis Militer Rusia, Dmitriy Shugaev.

Pensiunan jenderal Angkatan Darat Rusia ini memimpin semacam kementerian muda di dalam kabinet pemerintahan Presiden Vladimir Putin tentang apa saja terkait penjualan sistem kesenjataan dan pertahanan Rusia dan hal-hal terkait dengan negara-negara mitra. Dari sisi pemerintahan Rusia, komentarnya juga ditunggu soal masa depan pengadaan sistem pertahanan Indonesia dari Rusia.

Akan tetapi, pada saat yang telah ditentukan dan lokasi yang telah diatur, yaitu di Kantor Pusat Technodinamika (salah satu BUMN anggota Rostec di subsektor pertahanan udara) di kawasan Bahkrushina, Moskow, di dekat delta Sungai Moskow, yang tidak begitu jauh dari Lapangan Merah yang legendaris itu, tiba-tiba dibatalkan karena sesuatu hal.

Melalui sekretaris persnya, Shugaev menyatakan akan memberikan pernyataan dan terkhusus soal pembayaran kontrak dalam pernyataan tertulisnya, dia berkata,"Pembayaran diatur menurut kesepakatan yang ada dalam kontrak. Sebagai hasil dari kampanye anti-Rusia yang dilancarkan negara-negara yang tidak bersahabat, berbagai perusahaan terkemuka kami di bidang pertahanan dan militer serta keuangan juga terdampak."

"Dalam kaitan ini, pembayaran dalam dolar Amerika Serikat dan euro dalam transaksi ekspor (kesenjataan dan sistem pertahanan) telah sangat berkurang hingga ke titik minimum. Kini, pengekspor produk-produk pertahanan Rusia, sebagaimana entitas ekonomi lainnya, telah beroperasi dalam suatu kenyataan baru," kata dia.

Lebih lanjut, "Kami mengembangkan rantai produksi dan logistik baru, menerapkan berbagai instrumen dan kemampuan kami guna meminimalkan kondisi negatif blokade 'teknologis' kami yang dilancarkan negara-negara tidak bersahabat," kata dia. Ucapannya ini bukan tanpa latar belakang karena sejak "operasi militer khusus" (mereka menyebutnya demikian) Rusia ke wilayah timur Ukraina pada 24 Februari 2022, negara-negara Barat dan sekutu-sekutunya beramai-ramai memblokade berbagai aspek politik, pertahanan, dan ekonomi kepada Rusia.

Beberapa saat sebelumnya, ANTARA berkesempatan mewawancarai langsung Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarus, Jose M Tavares, di dalam kompleks Kedutaan Besar Indonesia di Moskow, di kawasan Novokuznetskaya, tentang hal ini.

Terkait kontrak pembelian Su-35 Super Flanker, kata Tavares, Rusia mengerti bahwa ada berbagai pandangan di Indonesia soal pengadaan Su-35 ini dan mereka sebagai pihak yang akan menyuplai tentu saja tergantung pada Indonesia; namun mereka juga mengingatkan bahwa sebenarnya antara Indonesia dengan Rusia sudah menandatangani kontrak.

Saat memberi pernyataan kepada pers bertahun-tahun lalu itu, pemerintah menyatakan bahwa dana yang disiapkan untuk program akuisisi ini adalah 1,1 miliar dolar Amerika Serikat dengan setengah dari dana itu adalah dana keras dan setengahnya lagi adalah imbal beli produk-produk pertanian dan perkebunan. Pada saat itu, Rusia tidak menolak skema pembelian dengan cara serupa ini.

Pada 2022 ini, sebagaimana lazim terjadi, ada terbang lintas pesawat tempur TNI AU di atas Istana Merdeka yang menjadi lokasi puncak upacara peringatan detik-detik proklamasi. Kali ini, formasi yang dipilih adalah angka 77, sebagai simbolisasi dari 77 tahun usia kemerdekaan Republik Indonesia.

Yang menarik, kali ini formasi angka 77 di udara dalam manuver Garuda Flight itu semuanya terdiri dari F-16 Fighting Falcon, apakah itu F-16 A/B Block 15 besutan Proyek Peace Bima Sena I pada dasawarsa '80-an ataukah F-16 C/D Block 52ID besutan Proyek Peace Bima Sena II pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Yudhoyono. F-16 A/B Block 15 telah diremajakan struktur pesawat terbang dan sistem avionikanya melalui program Falcon Star enhanced-Medium Life Upgrade untuk memanjangkan usia dinas mereka.

Tidak ada satupun Sukhoi Su-27 ataupun Su-30 yang turut dalam Garuda Flight itu. Beberapa pihak menduga bahwa hal itu semata karena alasan estetika dan keseragaman pesawat tempur yang dikerahkan mengingat Su-27 Flanker dan Su-30 yang memiliki kemampuan penguasaan/supremasi ruang udara itu juga dikerahkan dalam latihan puncak Sikatan Daya 2022 di lingkungan Komando Operasi Udara II TNI AU di Pantai Pandan Wangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, baru-baru ini.

Skenario yang biasa diterapkan adalah Su-27SKM dan Su-30 itu mengakhiri penguasaan wilayah lawan dengan membombardir mereka memakai bom FAB-500 atau Mk-82 250 pound dari ketinggian rendah. Efek penghancuran yang ditimbulkan mirip dengan carpet bombing memakai bom tandan (cluster bomb) dari pesawat pembom strategis.

Sejalan dengan blokade dan berbagai pelarangan yang dikenakan Barat terhadap Rusia menyusul operasi mereka di Ukraina, maka perawatan dan pemeliharaan jajaran Su-27 dan Su-30 TNI AU harus mendapat perhatian lebih khusus mengingat suku cadang, sistem dan subsistem di tubuh pesawat tempur dengan sistem radar utama yang berbeda dengan sistem radar a'la Barat itu berasal dari Rusia dan beberapa negara yang pertahanannya berafiliasi ke Rusia.

Di Asia, ada beberapa negara yang mendapat lisensi untuk membuat Sukhoi Su-27 dan Su-30, yaitu China dan India. China mendapat lisensi pembuatan Su-27 dari Rusia sejak sebelum Uni Soviet bubar dan dibuat Shenyang Aircraft Corporation dengan nama J-11; sedangkan India lebih suka memiliki Su-30, yang dimintakan varian khususnya yaitu Su-30MKI dan dibuat di Hindustan Aeronautics Limited di Bengalore, India.

Seorang pengamat kemiliteran dari Rusia menilai Su-30MKI milik Angkatan Udara India bahkan lebih canggih ketimbang yang dimiliki Angkatan Udara Rusia, karena India memakai sistem avionik khusus yang mereka impor dari Israel dan mereka kembangkan di dalam negerinya. India juga memiliki kerja sama kemiliteran dan industri pertahanan yang baik dengan Israel. Saban pameran kedirgantaraan terbesar di India, Aero India, di Bengalore, digelar maka di situ paviliun Israel dan delegasinya hadir secara menyolok.

Walau Amerika Serikat menerapkan secara ketat CAATSA (Countering America's Adverseries Through Sanctions Act) pada 2017 terhadap Iran, Korea Utara, dan Rusia, namun India sebagai negara pengguna sistem persenjataan dan pertahanan dari Rusia kemudian dikecualikan secara sepihak oleh Amerika Serikat itu sendiri tentang pembelian sistem peluru kendali strategis S-400 Triumph lansiran Almaz Antey dari Rusia.

Di ASEAN, operator Su-27 adalah Vietnam, yang membeli sembilan unit Su-27SKs dan tiga Su-27UBKs pada Januari 2013, serta Malaysia yang memiliki 18 unit Su-30MKM yang diakuisisi pada 2000, selain Myanmar yang disebut-sebut juga memiliki Su-30SM.

Tidak diketahui secara persis bagaimana mereka merawat dan memelihara jajaran Su-27 dan Su-30 yang dimiliki, apalagi setelah operasi militer khusus dilancarkan Rusia kepada Ukraina.

Negara-negara ASEAN ini merupakan kelompok pengguna Su-27/Su-30 bersama dengan Amerika Serikat (dua unit dari Belarus, sebagai unit agresor di skuadron pendidikan pilot), Angola, Belarus, China, Eritrea, Ethiopia, Kazakhstan, Mongolia, Ukraina, dan Rusia.

Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2022