Mexico City (ANTARA) - Meksiko akan mengajukan protes kepada PBB atas kegagalan mereka mengirimkan vaksin COVID-19 yang pemerintah beli melalui program yang didukung WHO, demikian ditegaskan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador pada Senin.

Lopez Obrador mengatakan bahwa Meksiko berutang 75 juta dolar AS untuk dapat membeli vaksin COVID-19 yang dimaksudkan untuk dipasok melalui COVAX, sebuah badan inisiatif global yang didirikan WHO selama pandemi untuk membantu mendistribusikan vaksin secara adil di seluruh dunia.

"Kami akan mengajukan komplain karena mereka belum mengirim vaksin dari badan yang didirikan PBB," kata Presiden Obrador dalam sebuah konferensi pers, mengatakan bahwa Meksiko telah membayar vaksin tersebut di awal sekitar setahun lalu.

"Kami telah mencoba mencapai kesepakatan, kami sudah toleran karena kami berurusan dengan badan internasional," kata dia menambahkan.

Meksiko memesan lebih dari 51,5 juta dosis melalui COVAX. Namun, menurut situs Web PBB yang melacak pengiriman vaksin, negara itu sejauh ini baru menerima 24,6 juta dosis.

Negara-negara kaya mengambil sebagian besar distribusi awal untuk memvaksin warga mereka sendiri terlebih dahulu sehingga memicu banyak komplain dari banyak negara, termasuk Meksiko, karena distribusi yang tidak adil.

Lopez Obrador pada awal tahun ini mengatakan bahwa kegagalan pengiriman vaksin tersebut telah menghambat kemampuan Meksiko untuk memvaksin anak-anak di sana untuk melindungi mereka dari COVID-19.

Sejumlah pakar mengatakan distribusi yang lebih lambat dapat memungkinkan virus corona bermutasi lagi dan berpotensi menciptakan varian baru.

Baca juga: Meksiko desak WHO resmikan vaksin COVID-19 tanpa "ideologi"
Baca juga: Presiden Meksiko Obrador akan bahas vaksin dengan Kamala Harris
Baca juga: Meksiko berharap selesai memvaksin populasinya pada kwartal I 2022

 

Penerjemah: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022