Jakarta (ANTARA) - Sebuah pertunjukan yang menggabungkan seni bela diri China dan tarian kontemporer Barat dipentaskan di Sydney, Australia.

Seiring memudarnya cahaya lampu di Neilson Studio of Sydney Dance Company, seorang penari kontemporer Australia, Xanthe (18), bersama dengan puluhan rekannya, dengan tenang berjalan di tengah panggung, siap menampilkan hasil pelatihan seni bela diri China mereka.

Setelah menghabiskan waktu selama lima pekan untuk menyerap elemen Hung Kuen dan Bangau Putih dari guru-guru mereka di Hong Kong, para penampil muda itu, yang mengenakan singlet dan legging berwarna biru tua, memukau penonton dengan koreografi segar yang memadukan seni bela diri China dan tarian kontemporer Barat pada Selasa (23/8) malam waktu setempat.

Bagi sebagian besar dari mereka, berpartisipasi dalam acara pertukaran budaya yang berasosiasi dengan produksi tari online Hong Kong Dance Company bertajuk "Konvergensi -- sebuah perjalanan tarian dan seni bela diri China" merupakan langkah pertama mereka untuk mempelajari China dan budayanya yang unik dari jauh.
 
   "


"Sejujurnya, saya terkejut. Ini sangat berbeda dari apa yang biasanya kami lakukan," kata Xanthe kepada Xinhua seusai pertunjukan itu, sembari mengingat saat dirinya pertama kali mulai mempelajari seni bela diri.   

Mengenai pembelajaran seni bela diri China yang "membuka mata" mereka, Mia, penampil lainnya dengan pengalaman menari selama 10 tahun, mengatakan kepada Xinhua bahwa seni bela diri China memberinya ide yang berbeda dan melampaui harapannya soal tarian, yang "sangat menyenangkan dan menarik".

"Kami melakoni lima pelajaran (via) Zoom dengan Hong Kong Dance Company, dan dua (pelajaran) pertama sangat menantang," ujarnya. Setelah berlatih tari kontemporer selama sekitar 12 tahun, Xanthe menggambarkan seni bela diri China sebagai "bahasa baru bagi tubuh kami."

Dia menyebut ketepatan meninju sebagai contohnya. "Energi Anda tidak dikeluarkan sampai detik terakhir ketika Anda benar-benar mencapai target. Itu sangat menantang," ujar Xanthe, seraya menambahkan bahwa dirinya butuh dua hingga tiga pekan untuk menyelami dan merasa nyaman dengan gerakan tubuh itu.
 
   


Mengenai pembelajaran seni bela diri China yang "membuka mata" mereka, Mia, penampil lainnya dengan pengalaman menari selama 10 tahun, mengatakan kepada Xinhua bahwa seni bela diri China memberinya ide yang berbeda dan melampaui harapannya soal tarian, yang "sangat menyenangkan dan menarik".   

"Saya menemukan bahwa dengan beberapa pelatihan kami di Barat, kami mungkin hanya mengejar kesempurnaan, dan urung dalam memahami diri kita sendiri," kata Gamblin, yang juga seorang penari balet yang pernah tampil di banyak kota di China, termasuk Beijing, Shanghai, dan Guangzhou, pada 1980-an.

Mentalitas di balik latihan Bangau Putih yang paling membuatnya terkesan, karena para penari harus menahan sebuah gerakan khas untuk mengumpulkan energi batin, ujarnya.

Menyaksikan kolaborasi tari Hong Kong-Sydney tersebut yang bermula dari ide hingga membuahkan hasil, Linda Gamblin, kepala pelatihan di Sydney Dance Company, mengatakan bahwa dia ingin membantu para penari Australia menemukan posisi internal dalam memahami gerakan mereka melalui proyek pertukaran budaya ini.
 
 


 "Saya menemukan bahwa dengan beberapa pelatihan kami di Barat, kami mungkin hanya mengejar kesempurnaan, dan urung dalam memahami diri kita sendiri," kata Gamblin, yang juga seorang penari balet yang pernah tampil di banyak kota di China, termasuk Beijing, Shanghai, dan Guangzhou, pada 1980-an.

Menurut Kantor Ekonomi dan Perdagangan Hong Kong di Sydney, acara itu merupakan bagian dari perayaan 25 tahun kembalinya Hong Kong ke pangkuan China, yang bertujuan untuk menyatukan berbagai budaya dan bentuk tarian serta meningkatkan pertukaran budaya internasional. Selesai


 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022