Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia bervariasi dan dolar AS bertahan kuat pada perdagangan Jumat pagi, menjelang laporan pekerjaan utama AS karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve.

Sementara itu, harga komoditas turun semalam di tengah penguncian baru di China.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang sebagian besar tetap tidak berubah di awal perdagangan Asia, tetapi menuju kinerja mingguan terburuk dalam tujuh pekan dengan penurunan 3,0 persen, karena meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga global yang hawkish menghantam aset-aset berisiko.

Indeks Nikkei Jepang dan indeks saham-saham unggulan China sebagian besar tidak berubah, indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,2 persen dan indeks KOSPI Korea Selatan menguat 0,5 persen.

Semua mata sekarang tertuju pada data penggajian non-pertanian (nonfarm payroll/NFP) AS Agustus yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat.

Para analis memperkirakan 285.000 pekerjaan ditambahkan bulan lalu, sementara pengangguran melayang di 3,5 persen. Investor mungkin tidak menyukai angka yang kuat jika mendukung kelanjutan kenaikan suku bunga agresif dari Fed, yang selanjutnya dapat mendorong dolar AS dan memacu aksi jual obligasi.

Pasar berjangka telah memperkirakan sebanyak 75 persen kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan kebijakan September, dibandingkan dengan probabilitas 69 persen sehari sebelumnya.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, berdiri di dekat level tertinggi 20 tahun di 109,55 pada Jumat pagi. Dolar sedikit melemah terhadap yen Jepang setelah mencapai puncak 24 tahun terhadap mata uang yang sensitif terhadap suku bunga ini di sesi sebelumnya. Dolar naik 0,7 persen terhadap yen untuk minggu ini.

"Pasar secara luas terus menyerap bahwa bank sentral 'apa pun yang diperlukan' untuk menurunkan inflasi berarti pertumbuhan ekonomi global jauh lebih lambat," kata Tobin Gorey, direktur strategi pertanian di Commonwealth Bank dalam sebuah catatan. "Dan ekonomi China yang melemah merupakan faktor khusus yang memperkuat dalam skenario itu."

Pada Kamis (1/9/2022), kota metropolitan China barat daya Chengdu mengumumkan penguncian 21,2 juta penduduknya, sementara pusat teknologi Shenzhen juga meluncurkan aturan jarak sosial baru karena lebih banyak kota di China mencoba memerangi wabah COVID yang berulang.

Analis di Nomura mengatakan yang menjadi lebih memprihatinkan adalah bahwa titik panas COVID di China bergeser dari daerah dan kota terpencil ke provinsi yang jauh lebih penting bagi ekonomi nasional China.

"Kami mempertahankan pandangan bahwa China akan mempertahankan kebijakan nol-COVID-nya hingga Maret 2023, ketika perombakan (kepemimpinan) selesai sepenuhnya, tetapi kami sekarang memperkirakan langkah pelonggaran kebijakan nol-COVID yang lebih lambat setelah Maret 2023," kata Nomura.

Harga minyak jatuh 3,0 persen semalam sebelum pulih pada Jumat pagi, tetapi berada di jalur untuk mencatat penurunan mingguan terburuk dalam empat pekan di tengah kekhawatiran pembatasan COVID-19 di China dan pertumbuhan global yang lemah akan memukul permintaan.

Minyak mentah berjangka Brent naik 1,3 persen menjadi diperdagangkan di 93,56 dolar AS per barel pada Jumat pagi, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik dengan margin yang sama.

Semalam, indeks S&P 500 AS naik 0,3 persen, sedangkan Komposit Nasdaq ditutup turun 0,3 persen.

Di Eropa, kekhawatiran resesi sedang meningkat, dengan survei menunjukkan pada Kamis (1/9/2022) bahwa aktivitas manufaktur di seluruh zona euro turun lagi bulan lalu, karena konsumen merasakan tekanan dari krisis biaya hidup yang semakin dalam memangkas pengeluaran.

Imbal hasil obligasi pemerintah sedikit mereda menjelang data penggajian yang berpotensi kuat.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun berada di 3,5117 persen, sedikit lebih rendah dari tertinggi 15 tahun di 3,5510 persen, sedangkan imbal hasil obligasi 10-tahun berada di 3,2609 persen, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya 3,2650 persen.

Emas sedikit lebih tinggi, dengan emas spot diperdagangkan pada 1.697,59 dolar AS per ounce.


Baca juga: Saham Asia merosot memasuki September, sementara dolar AS melonjak
Baca juga: Saham Asia lanjutkan penurunan ekuitas global, khawatir pengetatan Fed
Baca juga: Saham Asia beragam, fokus geser ke data inflasi dan ketenagakerjaan AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022