Kupang (ANTARA News) - Situasi keamanan di perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Timor Timur (Timtim) dilaporkan kondusif meskipun gangguan keamanan di Timtim masih berlangsung menyusul pemecatan terhadap 600 personel Angkatan Perang Timtim (FDTL) oleh Panglima FDTL, Brigjen Taur Matan Ruak. "Belum ada eskalasi gangguan keamanan di perbatasan sebagai akibat dari memburuknya situasi keamanan di dalam negeri Timtim,"kata Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Kol. Inf. APJ Noch Bola, di Kupang, Sabtu. Dia menambahkan, wilayah perbatasan Indonesia masih aman dan kondusif dan pasukan TNI di perbatasan terus melakukan patroli keamanan di sepanjang garis batas kedua negara. Dalam sepekan terakhir ini, situasi keamanan di ibukota negara Timtim, Dili, dilaporkan terus memburuk menyusul sikap protes para desertir--anggota FDTL yang dipecat--terhadap kebijakan Panglima FDTL, Brigjen Taur Matan Ruak yang memecat mereka dari dinas militer. Kelompok bersenjata yang dilaporkan berjumlah sekitar 300 personel ini, terus melakukan kekacauan di ibukota negara termuda itu, sedang 300 personel bersenjata lainnya, dilaporkan lari ke hutan-hutan di sekitar Timtim untuk melakukan konsolidasi. Danrem Bola mengatakan, memang ada warga negara Indonesia dan sejumlah orang asing meninggalkan ibukota negara itu menuju perbatasan NTT di Atambua, namun tidak dalam jumlah besar. "Memang belum ada eksodus besar-besaran dari Timtim, namun pasukan kita di perbatasan sudah dalam posisi Siaga I untuk menghalau masuknya warga negara Timtim ke dalam wilayah Indonesia," ujarnya. Keterangan yang diperoleh menyebutkan, situasi keamanan di Kota Dili dilaporkan sudah berangsur-angsur pulih setelah aparat kepolisian negara itu mengendalikan situasi keamanan di dalam negerinya. Presiden Timtim, Xanana Gusmao kepada Kantor Berita Perancis, AFP mengatakan, kurang sependapat dengan tindakan Panglima FDTL, Brigjen Taur Matan Ruak yang mengambil tindakan terburu-buru memecat ratusan anggota FDTL tersebut. "Saya menghormati keputusannya, namun tindakan itu sangat terburu-buru karena Matan Ruak lebih mendengar para penasihatnya," kata Xanana. Danrem Bola menambahkan, Kepolisian Nasional Timtim (PNTL) dari Unit Patroli Perbatasan (BPU) akan bekerja ekstra keras untuk menghalau warga negaranya masuk ke Indonesia jika eksodus babak kedua sampai akhirnya benar terjadi. "Semua pintu perbatasan akan kita jaga untuk membendung masuknya warga Timtim ke dalam wilayah kita. Sampai sejauh ini hanya beberapa WNI dan WNA dari berbagai negara yang bekerja di Dili sudah mulai tinggalkan ibukota negara itu menuju Indonesia melalui pintu perbatasan darat di Motain," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006