Akademisi harus mampu menyampaikan data dan fakta.
Jakarta (ANTARA) - Komunikolog Emrus Sihombing mengingatkan masyarakat, terutama kelompok mahasiswa, mengenai penyampaian aspirasi secara emosional atau unjuk rasa rawan ditunggangi kepentingan lain.
 
"Demolah dengan dewasa dan dialog, bertukar pikiran dan gagasan. Misalnya, bikin surat permohonan dialog, kirim kepada presiden. Buat satu pertemuan dan diliput media," kata Emrus saat dihubungi di Jakarta Rabu.
 
Dari dialog tersebut, kata dia, masyarakat bisa menilai gagasan mana yang bagus yang layak untuk diterapkan.

​​Menurut Emrus, sebaiknya dialog diutamakan dan jangan melakukan demonstrasi yang mengganggu orang lain, apalagi bisa saja ada penumpang gelap dalam menggelar unjuk rasa.
 
Emrus menilai sejauh ini demokrasi di Indonesia belum dewasa dan cenderung mengedepankan emosional, padahal mahasiswa sebagai bagian dari kelompok akademik seharusnya menyampaikan aspirasi secara lebih elegan.

Menurut Emrus, dosen bertanggung jawab menumbuhkan kedewasaan akademik bagi mahasiswa.
 
"Akademisi harus mampu menyampaikan data dan fakta. Kalau tidak, tuntutan yang disampaikan amat sulit dikonkretkan karena tidak jelas apa yang disampaikan. Jadi, adu data saja, kalau BBM seharusnya tidak naik, kenapa?" katanya.
 
Dalam isu penyesuaian harga BBM bersubsidi, Emrus juga mengkritisi pola komunikasi pemerintah.

Emrus memandang perlu Pemerintah berdiskusi dengan komponen masyarakat sebelum memutuskan kebijakan sebab dampak penyesuaian harga BBM sangat luas.
 
"Pemerintah harus berdialog dengan saudara kita di tempat terpencil atau tinggal di kantong kemiskinan kota untuk merumuskan skema atau pengaturan harga BBM. Dialog mutlak dalam negara demokrasi," tegas Emrus.

Baca juga: Pecalang ikut amankan demo kenaikan harga BBM
Baca juga: Misinformasi! Video iring-iringan demo buruh dan mahasiswa pada 6 September 2022

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022