Beijing, (ANTARA News) - Serangan bom menewaskan empat orang di China tengah pada pekan ini dan pihak berwenang sedang menyelidiki motif di belakang serangan tersebut, kata polisi, Sabtu. Serangan itu terjadi pada Senin di dekat sebuah rumah sakit di kota Zhumadian, provinsi Henan, kata polisi. "Ya, itu telah terjadi. Empat orang tewas dan dua orang lagi cedera. Kasus itu sedang diselidiki," kata pejabat kepolisian Zhumadian kepada AFP lewat telefon, tapi ia menolak menjelaskan lebih lanjut. Pejabat itu menolak menyebutkan namanya, sikap yang sudah menjadi kebiasaan bagi para pejabat China. Pusat Informasi untuk Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi yang bermarkas di Hong Kong dalam siaran pers dengan mengutip sumber pejabat lokal mengatakan ledakan bom itu terjadi di dekat pintu masuk sebuah rumah sakit di kota tersebut. Tiga orang tewas dan 40 orang lagi cedera, menurut Pusat Informasi HAM dan Demokrasi tersebut, yang secara rutin mengirim laporan mengenai pergolakan sosial di China, yang kerap tidak diliput oleh media massa China yang dikontrol negara. Insiden itu diduga dilakukan oleh seseorang yang kesal terhadap rumah sakit tersebut. Para pejabat rumah sakit itu enggan mengomentari ledakan tersebut. "Sulit untuk dikatakan bahwa ledakan itu dilakukan oleh keluarga pasien yang tidak menyukai rumah sakit kami," kata seorang pejabat rumah sakit yang enggan disebut namanya. China menghadapi banyak kasus perselisihan sosial setiap tahun, jenis perselisihan itu antara lain seperti penggusuran penduduk dari tanah mereka, degradasi lingkungan atau korupsi dalam pemerintah. Pada November 2006, sejumlah besar polisi dipanggil setelah terjadi bentrokan antar-masyarakat di bagian tenggara China akibat desas-desus bahwa sebuah rumah sakit telah menolak mengobati seorang anak lelaki yang keracunan karena keluarganya tidak membayar terlebih dahulu. Desas-desus itu belakangan dibantah oleh media massa resmi, namun para aktivis HAM mengatakan kerusuhan itu dipicu oleh meningkatnya biaya medis, buruknya asuransi kesehatan penduduk, dan rumah sakit menolak mereka yang dianggap tidak mampu membayar biaya pengobatan.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009