Jakarta (ANTARA) - Belum genap satu tahun pascamerger, kinerja PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo terus meningkat meski pandemi COVID-19 di Indonesia belum benar-benar berakhir. 

Pada tahun 2021, perseroan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,2 triliun atau naik dari Rp3 triliun di tahun 2020. Capaian positif Pelindo pada 2021 ini sejalan dengan program merger yang telah dijalankan pada Oktober 2021. 

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan nilai laba bersih tersebut menyumbang kenaikan laba BUMN tahun 2021 sebesar 869 persen dari tahun 2020 senilai Rp13 triliun menjadi Rp126 triliun.

Adapun laba bersih yang dibukukan Pelindo pada tahun lalu berasal dari pendapatan usaha sebesar Rp28,8 triliun atau naik dari tahun 2020 senilai Rp26,6 triliun.

Perusahaan pelat merah ini turut memberikan kontribusi kepada negara sebesar Rp4,7 triliun melalui dividen, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), konsesi, pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), serta pajak bumi dan bangunan (PBB).

Mengawali tahun 2022, Pelindo terus mencatatkan pertumbuhan positif pada kinerja keuangannya. Pada triwulan I tahun ini saja, laba bersih perusahaan tercatat sudah mencapai Rp670 miliar atau meningkat 46 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Laba bersih diraih dari pendapatan yang mencapai Rp7,1 triliun atau naik tujuh persen (yoy), sedangkan pendapatan sebelum bunga, pajak, dan depresiasi (EBITDA) terealisasi sebesar Rp2,2 triliun atau turut meningkat sebesar tujuh persen (yoy).

Pencapaian kinerja keuangan perseroan tak terlepas dari baiknya kinerja operasional. Arus peti kemas mencapai 4,2 juta TEUs atau meningkat sebesar dua persen (yoy), serta arus barang terealisasi sebesar 37 juta ton atau tumbuh delapan persen (yoy).

Arus kapal yang keluar masuk pelabuhan pun tercatat mencapai 283 juta GT atau tumbuh satu persen (yoy). Di sisi lain, arus penumpang mencapai 2,5 juta orang atau meningkat 38 persen (yoy), yang sejalan dengan peningkatan aktivitas dan mobilitas masyarakat pasca pandemi di Tanah Air.

“Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik serta transformasi yang terus berjalan di internal perusahaan, kami optimis kinerja Pelindo akan terus meningkat dan dapat memenuhi harapan para pemegang saham,” kata Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono.

Enam bulan pasca-penggabungan Pelindo, perseroan telah mengambil sejumlah langkah aksi korporasi, di antaranya yaitu penyelesaian inbreng atau pengalihan saham Pelindo pada anak perusahaan kepada subholding sesuai dengan kluster masing-masing yaitu kepada Subholding Terminal Petikemas (SPTP), Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), dan Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL).

Langkah tersebut dilakukan untuk mempertajam kompetensi inti dan spesialisasi bisnis Pelindo pasca merger, yang diharapkan dapat bermuara pada peningkatan layanan dan konektivitas kepelabuhanan, serta integrasi rantai nilai pelabuhan-hinterland.

Masing-masing subholding menjalankan perannya, dimana SPTP berfokus kepada pelayanan dari sisi peti kemas, SPMT berfokus kepada pelayanan untuk barang non kargo, SPJM berfokus memberikan pelayanan unggul untuk mendukung tiga subholding lainnya dari sisi jasa kapal, peralatan, serta jasa pelabuhan lainnya.

Kemudian, SPSL berfokus untuk mengintegrasikan rantai nilai pelabuhan-hinterland serta mewujudkan aliran perdagangan yang lebih efisien.

Moncernya kinerja perseroan tak hanya meningkatkan keuntungan Pelindo, namun turut berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat semakin tingginya pertumbuhan ekonomi dari sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan IV-2021, yakni sebesar 7,93 persen (yoy).

Pertumbuhan tersebut menjadikan sektor transportasi dan pergudangan sebagai lapangan usaha yang tumbuh ketiga paling tinggi setelah jasa kesehatan serta pengadaan listrik dan gas, yang masing-masing melesat 12,16 persen (yoy) dan 7,81 persen (yoy).

Jika dijabarkan, seluruh sub lapangan usaha transportasi dan pergudangan mencatat peningkatan yang sangat tinggi, meliputi angkutan rel yang naik 20,68 persen (yoy), angkutan darat 3,63 persen (yoy), angkutan laut 0,93 persen (yoy), serta angkutan sungai danau dan penyeberangan 17,67 persen (yoy).

Selanjutnya, subsektor angkutan udara melesat 19,3 persen (yoy) serta pergudangan dan jasa penunjang angkutan; pos dan kurir meningkat sebesar 20,2 persen (yoy) pada triwulan IV-2021.

Dengan perkembangan tersebut, sektor transportasi dan pergudangan berhasil meningkat 3,24 persen (yoy) pada keseluruhan tahun 2021, setelah terkontraksi 15,05 persen (yoy) pada tahun 2020.

Pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pun kian meningkat  hingga pertengahan tahun 2022. Pada triwulan I, sektor itu tumbuh 15,79 persen (yoy),  lalu melesat 21,27 persen (yoy) pada kuartal kedua. Dengan demikian, secara keseluruhan pada semester II-2022 mampu tumbuh paling tinggi di antara sektor lainnya, yakni 18,56 persen (yoy).


Tren global

Tak hanya di Indonesia, penggabungan dan akuisisi operator pelabuhan rupanya juga banyak terjadi dalam beberapa tahun terakhir di seluruh dunia, baik di Asia, Eropa, maupun Afrika.

Konsolidasi pelabuhan didorong oleh beberapa faktor pasar dan internal, seperti adanya limitasi organic growth karena akses kepada lahan, counteraction dari meningkatnya bargaining power shipping lines, serta bertambahnya akses pendanaan dari investor untuk perusahaan pelabuhan.

Penggabungan dan akuisisi juga dianggap sebagai strategi yang tidak terlalu berisiko jika dibandingkan dengan greenfield growth untuk mengembangkan pelabuhan.

Penggabungan keempat Pelindo menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) akan menghasilkan operator peti kemas terbesar nomor delapan di dunia dengan throughput sebesar 16,7 juta TEUs (berdasarkan Annual Report 2019), dimana realisasi tahun 2021 adalah sebesar 17,1 juta TEUs.

Peningkatan skala perseroan ini diharapkan akan meningkatkan brand awareness pelabuhan di Indonesia yang berdampak secara positif terhadap peningkatan lalu lintas di masa datang.

Dari sisi finansial dibandingkan dengan global world class operators, yaitu operator pelabuhan dunia dengan throughput paling besar seperti PSA, DP World, CM Port, ICTSI, Hutchison, dan Evergreen, performa Pelindo juga masih dapat ditingkatkan.

Pendapatan perusahaan tercatat berada di atas beberapa operator pelabuhan global namun masih berada di bawah PSA, Hutchison dan DP World. Dari segi NPM, Pelindo juga berada di tengah operator global, walaupun masih berada di bawah Evergreen, PSA, dan CM Port

Penggabungan Pelindo ditargetkan mampu menciptakan nilai alias value creation (pendapatan sebelum pajak) hingga tahun 2025 sebesar Rp4,3 triliun hingga Rp7,4 triliun. Capaian penciptaan nilai per 31 Desember 2021 lalu telah terealisasi lebih dari Rp600 miliar yang berasal dari optimalisasi biaya pembiayaan dan pengadaan bersama.

Di tahun 2022 capaian penciptaan nilai tersebut diharapkan bisa jauh lebih besar lagi melalui aksi korporasi dan inisiatif strategis yang telah direncanakan sebelumnya.

Adapun pada tahun ini, Pelindo menargetkan kenaikan kinerja operasional yakni trafik kunjungan kapal diharapkan mencapai 1.271 juta GT atau tumbuh sebesar 7,3 persen dari taksasi tahun 2021 sebesar 1.184 juta GT.

Sedangkan untuk arus peti kemas, Pelindo menargetkan sebesar 17,3 juta TEUs, naik 4,9 persen dari taksasi tahun 2021 yang sebesar 16,4 juta TEUs. Demikian pula untuk arus barang non-peti kemas, ditargetkan sebesar 144,3 juta ton atau tumbuh 3,2 persen dari 139,8 juta ton di tahun lalu.
 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022