Kombinasi skrining gejala dan foto toraks dapat menambah penemuan kasus tuberkulosis
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dina Bisara mengatakan penggunaan foto toraks dan tes cepat molekuler (TCM) dapat membantu menemukan lebih banyak kasus tuberkulosis di masyarakat dan menghasilkan data dan informasi yang lebih akurat.

"Kombinasi skrining gejala dan foto toraks dapat menambah penemuan kasus tuberkulosis, dan penggunaan TCM untuk diagnosis tuberkulosis akan berdampak pada peningkatan cakupan kasus yang ditemukan dan diobati," kata Dina dalam orasi ilmiahnya pada pengukuhan profesor riset yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Rabu.

Dina menuturkan skrining tuberkulosis dengan foto toraks dapat membantu penemuan kasus tuberkulosis terutama pada kasus tanpa gejala batuk kronis sehingga tidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis.

Pemeriksaan dengan TCM memberikan hasil diagnosis lebih cepat dibanding dengan pemeriksaan mikroskopis. Hasil pemeriksaan TCM dapat digunakan untuk membantu menentukan pengobatan yang tepat sehingga kekambuhan dan penularan tuberkulosis dapat ditekan.


Baca juga: Dinkes Mimika tambah mesin TCM tingkatkan pemeriksaan COVID-19


Baca juga: RSUD A Yani Metro bisa tes usap mandiri setelah miliki alat TCM


Selain memeriksa sputum, TCM juga dapat memeriksa feses, cairan lambung, urine dan aspirasi limfonodus untuk mendiagnosis tuberkulosis.

Profesor riset tersebut berharap penyediaan, pendistribusian dan perawatan alat TCM dan foto toraks merata di seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan penemuan dan diagnosis tuberkulosis.

Dengan lebih cepat menemukan kasus tuberkulosis di masyarakat, penularan tuberkulosis dapat dikurangi dan intervensi pengobatan yang tepat dapat segera dilakukan.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menggalakkan upaya percepatan penanggulangan tuberkulosis melalui berbagai program strategis.

"Salah satu program strategis yang tengah digalakkan adalah Rencana Aksi Program Terpadu Kemitraan Penanggulangan Tuberkulosis atau Aksi Proteksi," kata Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy ketika dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (31/8).

Menko mengatakan Aksi Proteksi bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat dan mitra dalam percepatan penanggulangan TBC dengan fokus utama pada upaya promotif, preventif, kuratif komplementer dan rehabilitatif.

Baca juga: Global Fund bantu Indonesia Rp20,89 triliun entaskan HIV hingga TBC

Baca juga: Menkes: Kejar pengendalian HIV/AIDS-TBC dan malaria hingga 2024

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022