Bandung (ANTARA) -
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia (RI) menilai pemahaman wawasan kebangsaan di lingkungan pendidikan Jawa Barat laik ditiru oleh seluruh Provinsi se-Indonesia.
 
"Hal ini (pemahamam wawasan kebangsaan di lingkungan pendidikan) dinilai sangat penting untuk membentengi generasi muda terhadap sejumlah tantangan maupun isu-isu global," kata Kasubdit Operasional Pembinaan Pelaksanaan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (Taplai) Lemhanas RI, Kol Kes M Ihsan dalam keterangan tertulis Humas Disdik Jabar, Ahad.
 
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar telah menerapkan praktik-praktik pembumian Pancasila di sekolah baik itu melalui kurikulum, program dan kegiatan.
 
Di antaranya melalui hadirnya kurikulum Anti Radikalisme-Terorisme dan kurikulum Anti Korupsi untuk SMA, SMK SLB.
 
M Ihsan mengatakan, lingkungan sekolah di Jabar diharapkan terus berinovasi untuk memperkuat pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan sehingga pelajar di Jabar dapat mengimplementasikan tanpa ada rasa terpaksa, melainkan hadir atas keinginan sendiri.
 
"Sebenarnya hampir semua yang sudah diterapkan di Jabar itu saya berharap bisa diterapkan juga di provinsi provinsi lain. Apa yang sudah dipaparkan dari Pak Kadisdik itu membuat kami semakin percaya kalau itu diterapkan di seluruh provinsi Indonesia akan lebih baik lagi," ujar M Ihsan.
 
Menurut dia, dengan menumbuhkan nilai-nilai Kebangsaan mulai di bangku sekolah maka tantangan maupun isu isu global dapat diantisipasi sejak dini.
 
Terlebih, dengan kemajuan teknologi dewasa ini informasi begitu kian mudah diakses.
 
Bilamana nilai-nilai kebangsaan itu tidak ditanamkan sejak dini, dia menilai akan memperlemah jati diri anak bangsa terhadap nilai yang ada di negaranya sendiri.

 
 
"Kita bisa lihat sendiri, mereka lebih menggemari budaya-budaya asing," katanya.
 
Oleh karena itu, Ihsan mengapresiasi, khususnya kepada Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar Dedi Supandi yang telah mengimplementasikan tentang wawasan kebangsaan itu ada sektor pendidikan di Jawa Barat.
 
Dedi Supandi merupakan salah satu alumni Taplai Lemhannas RI Angkatan III Virtual 2022.
 
"Semoga ke depan apa yang sudah beliau sampaikan di Jabar khususnya kepada lingkungan sekolah di Jabar bisa memperkuat lagi kaitan dengan cara penyampaiannya, bobot materinya, dan sebagainya. Sehingga apa yang sudah diterapkan bisa menjadi lebih baik lagi," harap Ihsan.
 
Sementara itu, Kadisdik Jabar Dedi Supandi mengatakan, bilamana pada 2045 mendatang, Indonesia memasuki generasi emas, maka pada momen itu peran dari siswa maupun siswi, khususnya yang kini duduk di bangku SMA, SMK dan SLB akan sangat sangat dibutuhkan.
 
Namun dibalik itu, ada sejumlah tantangan yang dihadapi siswa dan siswi untuk menjalankan praktik-praktik pembumian Pancasila pada era digitalisasi ini.
 
Selain terkait intoleransi, radikalisme dan terorisme, tingkat  kesopanan  netizen  Indonesia hari ini dinilai paling terendah di Asia Pasifik pun harus menjadi perhatian.
 
"Di mana banyak informasi hoaks yang sulit dibendung, juga tingkat kesopanan yang cenderung mulai terkikis," ujar Dedi Supandi.
 
Pihaknya sudah menerapkan kurikulum Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme dan kurikulum Anti Korupsi. Serta membentuk sekolah sekolah toleran, yang di dalamnya diajarkan kepada siswa dan siswi agar mampu memilah berita hoaks.
 
Termasuk dengan menggulirkan program Tujuh Harkat. Tujuh Harkat ini dikemas dengan tema-tema praktek baik yang setiap hari berbeda. Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Ahad, diisi dengan praktik baik khas.
 
"Misalnya di hari Senin, kita membuat lebih kepada karakter wawasan kebangsaan, Selasa bela negara, Rabu budaya lokal, Kamis cerita soal internasional jumlah tentang agama dan termasuk bagaimana menghargai orang tua,” katanya.
 
Dedi menegaskan, agar terwujudnya kemanusiaan yang adil dan beradab dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang lebih baik maka pembumian Pancasila pada pelajar mesti terus ditekankan.
 
“Kita juga menerapkan paham ini sampai ke tingkat SD dan SMP. Bahkan di tingkat SD pola pola membumikan Pancasila dibentuk dalam permainan permainan yang sifatnya tradisional,” kata dia.*
   

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022