Jakarta (ANTARA) - Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Erizon Safari mengajak masyarakat untuk bersama-sama berupaya menghapus stigma pada penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), jelang Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober.

“Apabila kita menemukan (orang dengan ODGJ), hilangkan stigma bahwa gangguan jiwa adalah orang-orang yang diperlakukan tidak baik. Mari kita perlakukan mereka layaknya seorang manusia yang juga membutuhkan perhatian dan bantuan,” kata Erizon saat dijumpai wartawan di Jakarta Barat, Kamis.

Menurut Erizon, mengubah stigma di masyarakat terhadap penderita ODGJ, mulai ringan hingga berat, masih menjadi tantangan. Yang terpenting, imbuhnya, pasien yang terdiagnosis seharusnya juga bisa mendapat penanganan baik melalui pendekatan klinis maupun pendekatan keluarga.

“Kami sudah sampaikan, kerja sama juga baik menurut saya dengan Dinas Sosial dan lain-lainnya, bahwa ini sudah masanya kita harus tidak lagi menstigma negatif terhadap orang-orang dengan penderita ODGJ,” katanya.

Baca juga: Mensos perintahkankan pelepasan pasung ODGJ di Palembang

Baca juga: Kemenkes: 4.304 orang dengan gangguan jiwa terdeteksi dipasung


Erizon memandang bahwa kesehatan jiwa menjadi masalah yang penting seiring dengan semakin naiknya tingkat stressor kehidupan masyarakat, terlepas dari apapun bentuk stressor seperti di lingkungan pekerjaan, keluarga, atau di manapun.

Ia juga menyoroti pentingnya langkah antisipasi atau deteksi dini apabila masyarakat menemukan orang terdekat di sekitar lingkungan menunjukkan gejala ke arah gangguan jiwa.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta telah menyediakan layanan konseling daring yang dapat diakses warga Jakarta bernama “Sahabat Jiwa”. Selain layanan daring, Erizon mengatakan yang tak kalah penting yaitu ketersediaan layanan oleh psikolog klinis di Puskesmas di Jakarta yang dapat diakses masyarakat secara langsung.

“Psikolog klinis itu untuk mengidentifikasi secara awal apabila ada hal-hal yang sifatnya potensi menimbulkan gangguan, artinya kita sudah mulai skrining di faskes primer, kita sudah mulai,” ujarnya.

Menurut laman Ikatan Psikolog Klinis (IPK), Puskesmas yang menyediakan layanan psikologi klinis di Jakarta Barat meliputi Puskesmas Taman Sari, Puskesmas Kembangan, dan Puskesmas Palmerah. Selain itu, ada pula sejumlah rumah sakit seperti RS Pelni, RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, dan seterusnya.

Erizon mengatakan Puskesmas kecamatan yang menyediakan layanan psikologi merupakan salah satu layanan yang sangat diminati masyarakat. Bahkan pasien rela menunggu dan harus membuat jadwal temu mengingat per sesi konseling memakan waktu cukup panjang.

“Sesi bisa setengah jam, 40 menit, 1 jam. Karena mereka (pasien) merasa ini suatu hal yang baik, mereka mau saja menunggu sampai gilirannya,” katanya.*

Baca juga: PDSKJI: Pemerataan rumah sakit jiwa strata utama rampung 2027

Baca juga: Dinsos: Penderita gangguan jiwa di Rejang Lebong jangan dipasung

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022