Wellington (ANTARA) - Penguin jambul tegak, spesies terancam punah, memiliki kebiasaan mengabaikan telur pertama mereka karena tidak dapat memberi makan kepada dua anakannya, sehingga telur kedua yang lebih besar memiliki peluang hidup lebih baik.

Lloyd Davis dari Universitas Otago di Selandia Baru dan para koleganya menggambarkan temuan tersebut dan implikasinya terhadap konservasi penguin dalam jurnal daring PLOS ONE yang diterbitkan Kamis (13/10).

Jumlah penguin jambul tegak menurun tajam dalam 50 tahun terakhir. Penurunan itu dipengaruhi oleh perubahan iklim dengan badai dan tanah longsor dalam beberapa dekade terakhir, sehingga memusnahkan sebagian koloni dan menewaskan sejumlah penguin yang bersarang.

Dalam penelitian tersebut, data tentang kebiasaan berkembang biak yang sangat aneh dari penguin jambul tegak itu dikumpulkan oleh Davis dan dua rekannya pada 1998. Pengamatan itu masih menjadi data terbaru dan paling ekstensif yang dikumpulkan terkait penguin jambul tegak, jelas para peneliti.

Penguin jambul tegak bertelur lebih banyak dari yang bisa mereka erami. Telur pertama yang dikeluarkan penguin betina berukuran lebih kecil, disusul oleh telur kedua yang lebih besar sekitar lima hari kemudian.

Tim Davis menemukan telur pertama biasanya hilang dari sarangnya entah sebelum atau segera setelah muncul telur kedua, dan induknya terkadang justru sengaja memecahkan atau mengeluarkan telur pertama itu dari sarang.

Para peneliti menduga penguin jambul tegak mempertahankan kebiasaan reproduksi dari nenek moyang mereka, yang bertelur dan menetaskan dua telur. Namun, spesies penguin jambul tegak saat ini mengorbankan telur pertama karena mereka tidak dapat menyediakan makanan yang cukup untuk dua anakan penguin.

Telur pertama mungkin berukuran kecil karena terbentuk saat penguin betina bermigrasi ke pulau, sementara telur kedua-yang terbentuk di darat-tidak terlalu banyak menghadapi gangguan dan dapat tumbuh lebih besar.

Perilaku aneh itu disertai dengan fluktuasi mengejutkan dalam kadar hormon penguin sehingga mendorong fokus penelitian lebih besar dan upaya konservasi untuk penguin jambul tegak.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022