Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Puluhan rumah warga di dua desa Kecamatan Tanggunggunung, KabupatenTulungagung, Jawa Timur mengalami retak-retak pada lantai maupun struktur bangunan terdampak pergerakan tanah (likuifaksi) di lingkungan permukiman mereka selama beberapa hari terakhir.

Bupati Tulungagung Maryoto Birowo yang meninjau langsung dampak likuifaksi di Desa Tanggunggunung dan Ngepoh, Kecamatan Tanggunggunung, Kamis mengatakan, kejadian tanah gerak di wilayah pemukiman itu menjadi atensi (perhatian) pemerintah daerah.

"Kami akan segera menerjunkan tim ahli untuk mengevaluasi struktur tanah serta aman/tidaknya daerah di sini untuk hunian," kata Maryoto usai meninjau dampak tanah gerak di Desa Tanggunggunung dan Ngepoh, Kecamatan Tanggunggunung.

Menurut dia, analisa ini sangat diperlukan pemerintah daerah sebelum mengambil keputusan, apakah kedua pemukiman masih bisa dijadikan sebagai lokasi hunian atau tidak. Jika masih bisa mereka akan membantu proses renovasi rumah warga.

Baca juga: Banjir dan tanah longsor menyebabkan 124 rumah rusak di Lebak

"JIka tidak berarti harus ada opsi relokasi," lanjutnya.

Plt Camat Tanggunggunung, Heru Junianto merinci, di Desa Tanggunggung, total rumah warga yang mengalami retak dampak pergerakan tanah ini ada 53 KK.

Sementara di Desa Ngepoh yang mengalami kerusakan struktur bangunan akibat likuifaksi ada delapan rumah.

"Kalau yang parah (di Desa Tanggunggung dan Ngepoh) ada 11 rumah, sehingga penghuninya memilih mengungsi," terang Sugeng.

“Untuk warga yang mengungsi di rumah dinas Kecamatan Tanggunggunung ada sekitar sembilan KK atau 24 jiwa. Sedangkan untuk warga yang lain, mengungsi di rumah saudaranya. Rumah warga yang mengalami retakan, akan ditinggalkan ketika malam hari atau ketika turun hujan,” ujarnya. 

Disebutkan, retakan ini mulai terjadi sejak hari Minggu (09/10). Munculnya retakan di rumah warga tersebut dipicu oleh curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan longsor di dekat pemukiman warga.

Dari kejadian tersebut, beberapa rumah warga mulai mengalami retakan pada dinding hingga pondasi rumah warga.

"Jadi setelah terjadi longsor, membuat tanah yang berada di pemukiman warga bergerak dan ambles ke bawah. Sehingga membuat pondasi dan dinding rumah warga mengalami retakan," jelasnya. (*)


Baca juga: Pemkab Lebak tetapkan status tanggap darurat bencana banjir
Baca juga: BNPB: Video lumpur bergerak pascagempa bumi Pasaman bukan likuifaksi

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022