Ketahanan ekonomi Indonesia ini saya rasa masih sangat kuat. Kuartal II-2022 kemarin kita tumbuh dengan 5,4 persen dan tahun 2022 ini kami yakin di atas 5 persen mungkin sekitar 5,2 persen.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia masih sangat kuat setelah mengalami berbagai krisis mulai dari pandemi COVID-19 hingga situasi geopolitik.

“Ketahanan ekonomi Indonesia ini saya rasa masih sangat kuat. Kuartal II-2022 kemarin kita tumbuh dengan 5,4 persen dan tahun 2022 ini kami yakin di atas 5 persen mungkin sekitar 5,2 persen,” katanya dalam Webinar 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja di Jakarta, Senin.

Suahasil menyatakan salah satu ketahanan ekonomi Indonesia terlihat dari pertumbuhan yang masih di atas 5 persen pada kuartal I dan II pada saat sejumlah  negara justru tertekan akibat perang Ukraina dan Rusia serta pandemi.

Bahkan Suahasil tetap percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sesuai target 5,2 persen pada tahun ini dengan inflasi yang juga relatif masih terjaga hingga kini sebesar 5,95 persen di tengah kenaikan harga BBM. “Kalau bahasa kami ketika kita melihat perekonomian Indonesia ke depan adalah optimis dan waspada,” ujarnya.

Baca juga: Airlangga: Pertumbuhan ekonomi Indonesia kedua tertinggi di antara G20

Suahasil menuturkan secara umum perekonomian Indonesia ke depan akan optimis karena selama 2,5 tahun pemerintah terbukti bisa menangani pandemi sekaligus menjaga kegiatan ekonomi.

Meski optimis, ia menegaskan Indonesia tetap waspada mengingat ternyata yang terjadi selama 2,5 tahun pandemi ini meninggalkan scarring effect terhadap perekonomian dari sisi suplai.

Sektor produksi belum bisa langsung cepat merespons permintaan sehingga terjadi inflasi yang pada akhirnya harus disikapi oleh otoritas moneter secara cepat.

Terlebih lagi, inflasi yang disebabkan perbaikan dalam konteks pandemi itu kemudian bertambah lagi dengan inflasi yang muncul karena perang Rusia dan Ukraina.

“Kemudian beberapa komoditas sangat naik hingga menciptakan volatilitas yang sangat tinggi,” tegasnya.

Baca juga: BI: Mobilitas jadi kunci utama pertumbuhan Indonesia di 2023

Harga minyak, batu bara, pangan, jagung, kedelai, crude palm oil (CPO) dan berbagai macam komoditas lain naik dan turun dengan sangat cepat akibatnya inflasi di berbagai negara meningkat.

APBN yang selama 2,5 tahun pandemi COVID-19 menjadi shock absorber pun saat ini memerlukan dukungan dari otoritas moneter untuk menaikkan suku bunga acuannya mengingat kenaikan inflasi yang harus ditahan.

Suahasil mengatakan walaupun kenaikan suku bunga ini akan berimbas ke perekonomian namun Indonesia optimis tahun depan masih mampu tumbuh di sekitar level 5,3 persen.

“Kami expect di 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di sekitar angka 5,3 persen,” katanya.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022