Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut ekonomi hijau sebagai salah satu fokus arah kebijakan perkeonomian Indonesia beberapa tahun ke depan.

Awarness mengenai keberlanjutan akan menguat dan akan semakin penting di berbagai bidang kehidupan,” kata Suahasil saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Lambung Mangkurat, dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat.

Suahasil menjelaskan, arah kebijakan pemerintah ke depan akan difokuskan untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang ramah lingkungan serta berkelanjutan. Hal itu telah masuk dalam salah satu strategi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Ia mengapresiasi langkah Rektor Universitas Lambung Mangkurat Ahmad Alim Bachri yang meminta lahan 600 hektar hutan mangrove untuk dijadikan sebagai tempat penelitian sekaligus langkah preservasi terhadap lingkungan.

Baca juga: Airlangga: Ekonomi hijau jadi sumber baru pertumbuhan berkelanjutan

“Dengan visi Universitas Lambung Mangkurat akan mengurusi itu (mangrove), menjadikan itu tempat penelitian, menciptakan knowledge baru dan menyebarluaskan mengenai mangrove tersebut. Kenapa mangrove? Karena mangrove adalah bagian dari ekonomi masa depan yang berkelanjutan,” ujar Suahasil.

Lebih lanjut, komitmen pemerintah untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan juga telah diwujudkan dengan peluncuran bursa karbon pada Selasa lalu (26/0/2023).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam peresmian Bursa Karbon menyampaikan bahwa Bursa Karbon menjadi kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis iklim. Hasil perdagangan itu akan direinvestasikan kembali untuk upaya menjaga lingkungan, khususnya melalui pengurangan emisi karbon.

Baca juga: Moeldoko sebut anak muda berperan kembangkan ekonomi hijau

Selain itu, Indonesia juga menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen berpotensi mengurangi emisi karbon dari sektor alam. Presiden Jokowi mencatatkan kurang lebih ada 1 gigaton Co2 potensi kredit karbon yang bisa ditangkap, serta Rp3.000 triliun yang dapat diraup dari perdagangan karbon tersebut.

Adapun PT Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku Penyelenggara Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mencatat nilai transaksi perdagangan unit karbon mencapai senilai Rp29,20 miliar pada hari pertama perdagangan, Selasa.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik kepada awak media di Jakarta, Selasa, mengungkapkan total volume perdagangan tercatat sebanyak 459.953 tCO2 (ton Unit Karbon) dengan total transaksi sebanyak 27 transaksi.

Adapun, total pembeli sebanyak 15 pengguna jasa dan total penjual sebanyak 1 pengguna jasa yaitu Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) yang menyediakan Unit Karbon dari Proyek Lahendong Unit 5 dan Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023