Kalau sudah kronis harus cuci darah rutin
Jakarta (ANTARA) -
Kunci mencegah penyakit gagal ginjal akut misterius pada anak dengan deteksi dini dan konsultasi dokter jika terjadi demam dan muntah tidak kunjung sembuh, kata Kasi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI dr. Ngabila Salama, MKM

"Kalau anak kita itu ada gejala mual muntah, diare disertai demam ataupun disertai batuk pilek, segera bawa ke dokter. Kalau tidak ada perbaikan akan ada pemeriksaan darah," ucapnya dalam diskusi secara virtual yang diikuti di Jakarta, Selasa.
 
Ngabila menjelaskan kasus gagal ginjal akut yang sedang terjadi di Indonesia saat ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan di bulan Agustus 2022.

Di DKI Jakarta sendiri, dari akumulasi sejak Januari 2022 sampai hari ini (18/10) tercatat 49 kasus dan terbanyak gejala awalnya adalah pada saluran pencernaan.
 
"Kalau dari 49 kasus yang ditemukan di Jakarta itu gejala awalnya sekitar 40 persen adalah saluran pencernaan artinya bisa nyeri perut, mual, muntah dan diare. Nah tetapi juga banyak juga yang mengeluhkan batuk pilek saja dan demam," ucapnya.

Baca juga: RSCM: Pola makan pasien gagal ginjal akut di bawah kendali orang tua

Baca juga: IDAI: Perlu investigasi lebih lanjut diagnosa gagal ginjal akut anak

 
Selain gangguan pencernaan, gejala awal gangguan ginjal yang lain adalah frekuensi buang air kecil (BAK) anak yang berkurang, urinenya lebih sedikit dan lebih pekat, bahkan tidak BAK sama sekali.
 
Gagal ginjal ini disebabkan gangguan fungsi ginjal yang tidak menyaring racun dengan baik yang harusnya dibuang keluar tubuh melalui urin.

Karena tidak terbuang dengan baik, racun tersebut akan tertimbun di dalam darah dan bisa berbahaya jika masuk ke dalam organ tubuh lainnya seperti otak dan paru-paru, katanya.
 
"Kalau sudah sampai tahap tertentu yang racunnya sudah tidak bisa dikeluarin tubuh dan kadarnya di darah sudah banyak itu membutuhkan Hemodialisa atau cuci darah. Kalau sudah kronis harus cuci darah rutin karena kerusakannya sudah permanen. Jika racun sudah menyebar pada tubuh bisa masuk ke otak, penurunan kesadaran bisa meninggal," ucap Ngabila.
 
Dokter lulusan S2 Magister Kesehatan Masyarakat Unibersitas Indonesia (UI) ini mengatakan, setiap orangtua di rumah harus mempunyai obat pertolongan pertama jika anak demam yaitu obat penurun panas dan diberikan dengan takaran yang sesuai. Jika demam tidak membaik selama dua sampai tiga hari, harus segera periksa darah atau urin di pelayanan kesehatan primer seperti Puskesmas terdekat.
 
"Puskesmas kita sudah bisa periksa fungsi ginjal baik itu ureum (periksa urin) gratis untuk periksa gagal ginjal akut atau kronis, lalu juga ada pemeriksaan fungsi liver atau hati itu pemeriksaan dari darah dan air seni," ucapnya.
 
Ngabila juga mengatakan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus melakukan koordinasi dengan membuat alur tata laksana dan diagnosis jika ditemukan kasus seperti gagal ginjal akut ini. Dan melalui Dinas Kesehatan Provinsi juga membantu dengan support hasil penyelidikan dari Puskesmas dan dari tenaga kesehatan di lapangan, karena gagal ginjal akut ini masih belum diketahui penyebab pastinya.
 
"Karena dari hasil laboratoriumnya belum menjadi penyebab pasti, jadi ada dugaan adanya pencetus dari segi infeksi virus murni, bakteri murni, bisa virus dan bakteri, bisa bakteri dengan jamur, infeksi flu biasa atau musiman, termasuk COVID-19 atau gangguan dari long covid," jelasnya.
 
Ia menyarankan untuk terus menjaga imunitas tubuh kita dengan konsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur, kurangi gula, garam dan lemak, rajin berolahraga dengan 6000 langkah sehari dan istirahat yang cukup.
 
"Cek kesehatan rutin, hindari asap rokok utamanya anak, minum susu dan makan banyak protein untuk pertumbuhan dan juga cegah stunting, kelola stres dan penting pakai masker, rajin cuci tangan dan jaga kesehatan lingkungan," ucap Ngabila.

Baca juga: IDAI laporkan gagal ginjal akut pada anak di Indonesia capai 152 kasus

Baca juga: Kasus gagal ginjal misterius pada anak di Bali miliki satu kesamaan

 

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022