London (ANTARA News) - Hubungan antara Ratu Elizabeth dan pewaris utama tahta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles, sudah sejak lama dalam kondisi pelik, namun demikian para pakar mengenai keluarga kerajaan menilai hubungan ibu dan anak tertuanya tampaknya semakin akrab ketimbang masa sebelumnya. Ratu merayakan hari ulang tahunnya yang ke-80, Jumat, sebaliknya Charles, kini 57 tahun, terus mengembangkan perannya sebagai calon raja. Sejarah sudah membedakan mereka: Elizabeth menjadi ratu pada usia 25 tahun, sebaliknya Charles kemungkinan akan menjadi monarki Inggris tertua yang naik tahta, mengalahkan rekor William IV yang menjadi raja pada umur 64 tahun pada 1830. Sikap mereka terhadap masalah-masalah pemerintahan sangat berbeda. Ratu, sebagaimana ketentuan protokol, tetap berdiam diri dan tak mau campur dalam berbagai isu hangat yang menyangkut kepentingan umum. Charles akan mengirimkan surat kepada menteri di pemerintahan dan mencampuri berbagai persoalan yang memicu rasa tak senangnya, seperti arsitektur, daerah pedalaman dan lingkungan, dengan melanggar ketentuan tak tertulis bahwa keluarga kerajaan berada di atas soal politik yang vulgar. "Kini hubungan mereka tentu saja lebih baik," namun Charles mempunyai "hubungan yang buruk sekali dengan ibunya," kata Ingrid Seward, pemimpin redaksi majalah Majesty. "Berbagai kesulitan dengan ibunya berasal dari masa kanak-kanaknya, karena ratu jauh darinya," katanya kepada AFP. "Saya kira ratu bersikap demikian teruma sekali akibat kewajibannya, sekalipun dia lebih dekat dengan Putri Anne," putri satu-satunya, yang lahir dua tahun setelah Charles pada 1950. Pengaruh cinta Camilla Menurut perhitungan Seward, hubungan ratu dengan putra sulungnya telah membaik sejak ia menikahi pacar lamanya, Camilla Parker Bowles, setahun lalu. "Ia menikah dengan hati riang dan ia semakin percaya diri karena cinta Camilla," katanya. Masih harus dilihat apa yang dipikirkan Ratu Elizabeth tentang perkawinan kedua Charles, sehubungan dia tidak menyebutkan perkawinan itu dalam pesan Natal-nya kepada Persemakmuran pada tahun lalu. Charles, bertolak belakang dengan ibunya, dilaporkan sangat akrab dengan kedua anaknya, Pangeran William dan Pangeran Harry. Ketika ibu kedua pangeran, Putri Diana, tewas dalam kecelakaan mobil di Paris pada Agustus 1997, Charles memperlihatkan caranya yang menarik bagaimana perannya sebagai seorang ayah terhadap protokol kerajaan. Ia memutuskan untuk meninggalkan tempat tetirah musim panas kerajaan di Puri Balmoral, Skotlandia, dan mendampingi jenazah Diana kembali ke Inggris dari Perancis, tak seperti yang dianjurkan pihak istana. Ratu tetap berada di Balmoral bersama William dan Harry, sehingga mendapat kecaman dari pers akibat sikap berdiam dirinya atas kematian Diana. Pembangkang sejati Pangeran Chales diyakini merupakan seorang "pembangkang" yang bekerja menentang konsensus politik yang berlangsung sekarang ini, demikian menurut Mark Bolland, mantan asisten dan wakil sekretaris pribadinya. Filsuf Julian Baggini memandang Charkes sebagai pemberontak sejati kerajaan. "Bisakah anda menjadi seorang pembalelo saat anda merasa terkungkung sekali dalam kemapanan dengan hanya satu wanita tua menghalangi anda di depan?" ia menulis dalam koran Guardian. "Pangeran Charles merasa ia dapat, dan untuk sekali ini boleh jadi ia benar." (*)

Copyright © ANTARA 2006