Saya terus koordinasi dengan Dinas Kesehatan
Jakarta (ANTARA) - Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengawasi penanganan pasien yang mengidap penyakit gagal ginjal akut misterius yang menimpa sebagian besar anak berusia di bawah enam tahun.

"Saya terus koordinasi dengan Dinas Kesehatan. Nanti saya kabari," kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di Pendopo Balai Kota Jakarta, Kamis.

Ia akan melakukan pemantauan ke sejumlah fasilitas kesehatan di Jakarta termasuk puskesmas untuk memastikan penanganan berjalan lancar.

"Pasti-pasti (pemantauan) ke puskesmas dan lainnya," imbuh Heru.

Sementara itu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat dari data kumulatif Januari 2022 hingga Oktober ini terdapat 71 kasus penyakit gagal ginjal akut misterius.

Jumlah itu mengalami penambahan dari sebelumnya 42 kasus pada 13 Oktober 2022 dan pada 18 Oktober 2022 menjadi 49 kasus kumulatif.

"Sampai saat ini berdasarkan data kumulatif ada 71 kasus baik yang berdomisili di DKI atau di luar DKI yang mendapatkan penanganan di Jakarta," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Dwi Oktavia.

Meski begitu, tidak ada penambahan kasus kematian akibat gagal ginjal akut misterius itu.

Hingga saat ini, sudah ada 25 orang anak meninggal dunia berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI.

Dinas Kesehatan DKI menjelaskan gejala awal gagal ginjal akut misterius di antaranya demam, diare, muntah, dan batuk disertai  pilek.

Kemudian, gejala lanjutan jumlah urine dan frekuensi buang air kecil berkurang, badan membengkak, penurunan kesadaran, dan sesak nafas.

Jika ditemukan gejala demam, diare, muntah, frekuensi buang air kecil berkurang, sebaiknya dalam 12 jam harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

Semakin cepat terdeteksi, semakin baik perbaikan penyakit jika ditangani khusus.

Adapun langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah gangguan ginjal di antaranya cukupi kebutuhan cairan harian sesuai usia, konsumsi makanan lengkap dan gizi seimbang.

Kemudian, terapkan pola hidup sehat, hindari mengonsumsi obat keras terbatas tanpa resep dokter.

Pihaknya meminta masyarakat tidak panik namun tetap waspada terutama jika jumlah dan frekuensi buang air kecil anak berkurang.
Baca juga: Tiga zat kimia berbahaya ditemukan pada obat pasien gagal ginjal akut
Baca juga: Kemenkes: Daftar obat senyawa berbahaya di medsos tidak benar
Baca juga: BPJS Kesehatan tanggung pasien gagal ginjal hingga transplantasi hati

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2022