Obat-obatan kedaluarsa itu kita harus bongkar kemasannya atau dirusak
Jakarta (ANTARA) - Masyarakat harus pintar dan cerdas dalam menggunakan obat, salah satunya dengan melihat komposisi obatnya,  kata
Kasie Kefarmasian Dinkes Provinsi DKI Jakarta Hari Sulistyo M.Farm

"Pada saat mau mendapatkan obat itu yang harus dilihat adalah komposisinya, apa saja isinya, apa kandungannya, indikasinya untuk penyakit apa dan khasiatnya," ucapnya dalam diskusi secara daring mengenai kiat konsumsi obat secara aman, yang diikuti di Jakarta, Jumat.

Selain melihat komposisi dan khasiat obat, perlu juga melihat cara pemakaian obat tersebut apakah di minum atau dengan cara lain.

"Atau cara yang lain ada juga yang ditempel atau lewat anus, itu perlu dilihat cara pakainya seperti apa jangan sampai salah," ucap Hari

Baca juga: Wamenkes: Penjualan obat sirop dihentikan sementara selama investigasi

Baca juga: IDAI klarifikasi narasi stop penggunaan obat paracetamol


Hari juga mengatakan perlu melihat apakah obat yang akan dikonsumsi memiliki kemungkinan efek samping seperti mengantuk dan kondisi orang yang tidak boleh mengonsumsi obat tertentu seperti ibu hamil.

Untuk menghindari efek samping yang dikhawatirkan membahayakan, perlu dikonsultasi kepada apoteker atau tenaga kesehatan, terlebih untuk obat bebas terbatas.

Pada penggunaan antibiotik, Hari menjelaskan ada perhatian khusus jika ingin menggunakan obat ini yaitu jika sakit tanpa gejala lain disarankan untuk tidak mengonsumsi antibiotik.

"Kalau demam, batuk, pilek tanpa gejala lain itu sebaiknya tidak menggunakan antibiotik dulu, kecuali setelah tiga hari masih berlanjut baru dikasih antibiotik," katanya.

Antibiotik bertujuan untuk menghambat atau mencegah dari pertumbuhan bakteri yang menyebabkan penyakit. Dan jika mendapatkan obat ini, harus dihabiskan sesuai aturan pakai.

"Antibiotik juga harus dengan instruksi dari dokter, jadi setelah minum obat itu harus sampai diselesaikan karena nanti dampaknya terhadap resistensi penyakitnya bukan orangnya yang kebal," ucap apoteker ini.

Jika pada kondisi yang sama saat antibiotik tidak dihabiskan maka penyakitnya akan kebal dan tidak bisa sembuh.

Apoteker ini juga mengingatkan pentingnya memperhatikan tanggal kadaluarsa obat dan jangan menyimpan obat terlalu lama.

"Ini juga penting tanggal kadaluarsa, jangan tertukar tanggal kadaluarsa (expired) dengan tanggal produksi (manufacturing date) jika sudah expired itu harus dilakukan pemusnahan atau pembuangan," ucapnya.

Untuk pembuangan obat kadaluarsa, Hari mengatakan jangan langsung membuangnya ke tempat sampah agar terhindar dari pencemaran lingkungan dan penggunaan obat bekas pada pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

"Untuk obat-obatan kedaluarsa itu kita harus bongkar kemasannya atau dirusak sehingga identitas obatnya sudah hilang, tabletnya dihancurkan, kemudian bisa juga dicampur dengan bahan lain misalnya dengan tanah baru dibuang," ucap Hari.

Ia mengatakan beberapa Puskesmas DKI dan apotek sudah menyediakan sarana untuk membantu masyarakat yang ingin memusnahkan obat kadaluarsa sehingga produk tersebut tidak berdampak pada lingkungan.

"Jadi obat-obat yang kedaluarsa di taruh sana saja, jadi nanti akan dimusnahkan oleh pihak yang bertanggung jawab sampai benar-benar produk itu tidak berdampak pada lingkungan," tutupnya.

Baca juga: Akademisi UNS: Perlu edukasi terkait penggunaan obat tradisional

Baca juga: Sudin Kesehatan Jaksel monitor penggunaan obat sirop di puskesmas


 

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022