New York (ANTARA) - Lembaga pemeringkat Moody's pada Jumat (21/10/2022) menurunkan prospek Inggris menjadi "negatif" dari "stabil" atas gejolak politik yang sedang berlangsung, prospek pertumbuhan yang lebih lemah dan inflasi yang tinggi.

Moody's mempertahankan peringkat utang untuk Inggris di "Aa3".

Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengundurkan diri pada Kamis (20/10/2022) memicu kontes kepemimpinan yang datang begitu cepat setelah kondisi tak menyenangkan menempatkan dia ke dalam kekuasaan, dapat memperdalam perpecahan di Partai Konservatif yang memerintah.

Ada "ketidakpastian yang meningkat dalam pembuatan kebijakan di tengah prospek pertumbuhan yang lebih lemah dan inflasi yang tinggi," kata Moody's. Laporan itu mengatakan ada juga "risiko terhadap keterjangkauan utang Inggris dari kemungkinan pinjaman yang lebih tinggi dan risiko pelemahan berkelanjutan dalam kredibilitas kebijakan".

Baca juga: Saham Inggris jatuh, terpukul ritel lemah dan lonjakan yield obligasi

Mantan Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng mengumumkan sekitar 45 miliar pound pemotongan pajak permanen yang tidak didanai pada 23 September di samping rencana mahal untuk membatasi tarif energi untuk rumah tangga dan bisnis.

Langkah tersebut mengirim sterling dan pasar obligasi ke dalam kejatuhan dan memicu krisis politik yang menyebabkan Truss memecat Kwarteng, membalikkan hampir semua pemotongan pajak yang direncanakan dan kemudian mengumumkan pengunduran dirinya sendiri.

Menteri Keuangan baru Jeremy Hunt mengatakan dia akan melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk memulihkan kepercayaan pada keuangan publik Inggris. Dia akan mengumumkan rencana pada 31 Oktober yang bertujuan untuk menurunkan utang publik sebagai bagian dari output ekonomi dalam jangka menengah.

Baca juga: Gantikan Kwarteng, Jeremy Hunt ditunjuk jadi Menteri Keuangan Inggris
Baca juga: Saham Inggris untung 2 hari beruntun, Indeks FTSE 100 naik 0,37 persen



 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022