New York City (ANTARA) - Aparat militer Meksiko menyita ribuan pucuk senjata api yang sebagian besar disinyalir berasal dari produsen di Amerika Serikat (AS) serta diselundupkan ke Meksiko untuk digunakan dalam berbagai aksi kekerasan kartel mematikan dalam kurun waktu lebih dari satu dekade.

Pada 30 September lalu, seorang hakim federal menolak sebuah tuntutan hukum terobosan terhadap industri senjata api Amerika Serikat (AS) yang diajukan oleh pemerintah Meksiko.

Tuntutan itu mengemukakan suatu argumen bahwa produsen senjata api utama AS telah secara sadar memfasilitasi lebih dari satu dekade kekerasan kartel mematikan di perbatasan selatan, menurut laporan The Trace pada Kamis (20/10).

"Mereka telah melakukan ini, menurut pihak Meksiko, dengan memasarkan berbagai senjata api lewat cara yang menarik para kriminal dan menutup mata terhadap pengalihan senjata itu ke rute perdagangan," kata outlet jurnalisme nirlaba Amerika yang khusus mengangkat berita terkait senjata api di AS itu.

Sampai saat ini, data yang mendasari pernyataan dramatis Meksiko tersebut -- bahwa sebanyak 90 persen dari semua senjata api yang ditemukan di Meksiko berasal dari AS dan sebanyak 597.000 senjata api diselundupkan melewati perbatasan setiap tahun sebagian besar berasal dari produsen senjata AS -- hanya dibagikan dalam bentuk agregat oleh Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Bahan Peledak (ATF), menurut laporan itu.

Data yang diperoleh dari Sekretariat Pertahanan Nasional Meksiko memberikan sebuah gambaran rinci tentang sejumlah produsen tertentu yang memproduksi senjata api yang biasa digunakan dalam kekerasan kartel, ungkap laporan itu.

"Data tersebut merinci setiap senjata api yang disita oleh militer Meksiko antara 2010 hingga Mei 2020, yakni hampir 125.000 senjata api, termasuk senapan mesin, peluncur granat, serta puluhan ribu pistol dan senjata api laras panjang," katanya.

"Secara keseluruhan, data tersebut menceritakan sebuah kisah yang mengerikan tentang keterlibatan produsen senjata api AS yang ikonik dalam satu dekade pertumpahan darah di Meksiko," imbuh laporan itu.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022