Jakarta (ANTARA) - Pengembang aplikasi Klinik Pintar menggandeng dan memperkuat kerja sama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) untuk mempercepat digitalisasi klinik dan praktik mandiri dalam meningkatkan adopsi rekam medis elektronik (RME).

“Kami menyambut baik penandatanganan kerja sama dengan PB IDI untuk bersama-sama memberikan dukungan yang menyeluruh bagi klinik dan praktik dokter mandiri untuk segera beralih ke sistem digital,” ujar CEO Klinik Pintar Harya Bimo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Haryo menuturkan bahwa pihaknya menyadari yang paling membutuhkan dukungan dalam penerapan digitalisasi dan adopsi RME adalah di sektor pelayanan kesehatan primer. Walau jumlah dan potensinya sangat besar, klinik dan praktik dokter mandiri punya banyak keterbatasan dalam melakukan implementasi sistem digital.

“Maka dari itu Klinik Pintar tidak hanya menyediakan aplikasi klinik termasuk RME, tapi juga memberikan dukungan operasional mulai dari edukasi sampai dengan dukungan rantai pasok dan kerja sama operasional klinik. Semua ini kami berikan kepada mitra kami agar mereka dapat lebih fokus untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien.” tuturnya.

Chief of Medical Klinik Pintar Eko Nugroho menuturkan bahwa pemerintah saat ini butuh bantuan dari banyak stakeholders, termasuk dari pihak swasta untuk membantu merealisasikan target digitalisasi 100 persen fasyankes di tahun 2024. Baik di rumah sakit maupun di klinik, tantangan terbesar dari transformasi adalah bagaimana agar dokter dan tenaga medis dapat menggunakan sistem digital dalam kesehariannya.

“Jadi mulai dari penjadwalan dokter, pendaftaran online, RME, transaksi, pelaporan, sampai pembelian dan pengelolaan stok obat-obatan dan bahan habis pakai semua dapat dikelola dengan lebih efisien dan tidak membebani biaya kepada mitra kami,” ucap dia.

Selain itu, Klinik Pintar juga mengadakan kerja sama operasional sehingga mitra klinik dapat mengembangkan usahanya di dalam jaringan klinik yang dikelola oleh Klinik Pintar. Untuk kerjasama operasional tersebut, Klinik Pintar akan melakukan standarisasi fasilitas, operasional, dan layanannya.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Ulul Albab menilai bahwa kemitraan klinik dan praktik dokter mandiri dengan healthtech memiliki banyak dampak positif, terlebih dengan momen transisi ke RME.

“Kami sebagai organisasi kesejawatan ingin memberikan value berupa dukungan digitalisasi dan pengembangan usaha yang berujung pada meningkatkan kesejahteraan anggota kami,” tuturnya,

Ia berharap kerja sama dengan Klinik Pintar selain dapat mendukung percepatan upaya digitalisasi tetapi juga meningkatkan standar pelayanan sehingga klinik dan praktek dokter mandiri di Indonesia dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Ia menegaskan bahwa IDI berperan untuk menetapkan standar operasional dan pelayanan yang baik termasuk penggunaan sistem digital dalam pengelolaan klinik.

“Peran ini nantinya akan dilaksanakan dan dimonitor oleh Pengurus Cabang IDI seluruh Indonesia sehingga benefitnya dapat dirasakan sampai ke klinik dan praktik dokter mandiri yang dimiliki oleh anggota kami di seluruh pelosok Indonesia,” ucap dia.

Baca juga: "Telehealth" Klinik Pintar raih pendanaan Series A Rp58 miliar
Baca juga: Pelayanan kesehatan digital di "Klinik Pintar IDI", apa kelebihannya?
Baca juga: Raih putaran Series A, Klinik Pintar fokus ekspansi jaringan


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022