Brasilia (ANTARA) - Bank sentral Brazil pada Rabu (26/10/2022) mempertahankan suku bunga acuannya pada level tertinggi hampir enam tahun untuk pertemuan kebijakan kedua berturut-turut, mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi tampaknya melambat tetapi inflasi tetap tinggi.

Komite penetapan suku bunga bank, yang dikenal sebagai Copom, mempertahankan suku bunga acuan Selic di 13,75 persen, seperti yang diperkirakan oleh 34 ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Ekonom dan pedagang telah mengamati petunjuk tentang kapan suku bunga mungkin mulai turun lagi. Pembuat kebijakan menghentikan siklus pengetatan agresif pada September setelah 12 kenaikan berturut-turut mengangkat suku bunga dari rekor terendah 2,0 persen pada Maret 2021.

Bank sentral kembali menekankan pada Rabu (26/10/2022) bahwa strateginya melibatkan menjaga suku bunga Selic pada level ini untuk "periode yang cukup lama" guna membawa inflasi kembali ke "sekitar targetnya."

Dalam pernyataan mereka tentang keputusan suku bunga hari itu, Copom mengatakan indikator sejak pertemuan September mereka menunjukkan pertumbuhan ekonomi "lebih moderat" di Brazil, tetapi inflasi konsumen tetap tinggi.

Rafaela Vitoria, kepala ekonom di Banco Inter, mengatakan pernyataan itu tampak keras mengingat peningkatan inflasi baru-baru ini, dengan pembuat kebijakan memperingatkan lagi bahwa mereka dapat melanjutkan kenaikan jika diperlukan.

"Prospek disinflasi lebih positif, dengan ekonomi yang melambat dan komoditas yang lebih murah. Saya pikir inflasi akan terus turun lebih cepat dari yang kami perkirakan," katanya, menambahkan bahwa ia memperkirakan penurunan suku bunga pertama awal Maret.

Biaya pinjaman yang lebih tinggi dan pemotongan pajak energi telah berkontribusi terhadap deflasi selama tiga bulan berturut-turut hingga September. Dalam 12 bulan hingga pertengahan Oktober, inflasi turun menjadi 6,85 persen.

Meskipun masih di atas target 3,5 persen untuk tahun ini, inflasi telah menurun tajam setelah mencapai dua digit dari September 2021 hingga Juli, didorong oleh melonjaknya harga-harga komoditas akibat perang Ukraina.

Dalam salah satu dari sedikit perubahan pada pernyataan tersebut, bank sentral mengindikasikan bahwa 2023 dan 2024 sekarang memiliki bobot yang sama pada kebijakannya.

Pembuat kebijakan mempertahankan prospek inflasi mereka untuk tahun ini tidak berubah pada 5,8 persen, tetapi menaikkan perkiraan mereka untuk tahun depan menjadi 4,8 persen dari 4,6 persen bulan lalu, dibandingkan dengan target 3,25 persen.

Untuk 2024, mereka menaikkan perkiraan inflasi menjadi 2,9 persen dari 2,8 persen bulan lalu, dibandingkan dengan target 3,0 persen.

Prospek pengeluaran pemerintah, yang kembali ditandai oleh Copom sebagai potensi risiko kenaikan inflasi, akan menjadi lebih jelas setelah pemilihan presiden pada Minggu (30/10/2022).

Jajak pendapat menunjukkan mantan Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva unggul tipis dari petahana sayap kanan Jair Bolsonaro. Keduanya telah membuat janji mahal di jalur kampanye, termasuk perpanjangan pembayaran kesejahteraan yang lebih banyak, yang akan mengubah batas pengeluaran konstitusional.

Setelah undang-undang menetapkan otonomi formal bank sentral tahun lalu, kepala bank sentral Roberto Campos Neto akan menjalani masa jabatannya hingga 2024, terlepas dari hasil pemilihan.


Baca juga: Vale akan investasi Rp123,7 triliun di industri nikel Indonesia
Baca juga: Bank sentral Brazil targetkan inflasi sekitar 3,25 persen pada 2023
Baca juga: Bank sentral Brazil naikkan suku bunga 50 bps, isyaratkan naik lagi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022