London (ANTARA) - Penurunan ekspor bahan bakar fosil Rusia setelah invasi ke Ukraina tahun ini akan mengubah lanskap energi global selama beberapa dekade dan dapat membantu mempercepat transisi energi yang ramah lingkungan (hijau), kata Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis.

Outlook Energi Dunia tahunan IEA mengakui adanya pukulan ekonomi akibat berkurangnya pasokan minyak, gas alam dan batu bara Rusia, tetapi tetap mempertahankan skenario kasus yang berdampak baik terhadap lingkungan, karena tidak memerlukan investasi dalam proyek bahan bakar fosil yang baru.

Laporan IEA menyebutkan bahwa krisis energi global menyebabkan perubahan yang besar dan bertahan lama yang dapat mempercepat transisi ke sistem energi yang lebih berkelanjutan dan aman.

"Pasar energi dan sejumlah kebijakan telah berubah akibat invasi Rusia di Ukraina, tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk beberapa dekade mendatang," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol.

"Dunia energi sedang bergeser secara drastis di depan mata kami. Tanggapan pemerintah di seluruh dunia berjanji untuk menjadikan ini sebagai titik balik bersejarah dan definitif menuju sistem energi yang lebih bersih, lebih terjangkau dan lebih aman," tambah Birol.

Kesenjangan jangka pendek yang disebabkan oleh pengurangan pasokan bahan bakar fosil dari Rusia perlu ditutup dari tempat lain.

Solusinya adalah proyek dengan "waktu tunggu yang singkat" yang dapat dengan cepat membawa pasokan minyak dan gas ke pasar tanpa menyebabkan ketergantungan.

Investasi energi bersih global akan meningkat menjadi lebih dari 2 triliun dolar AS (sekitar Rp31,1 kuadriliun) per tahun pada 2030, naik setengah dari tingkat saat ini, sementara "pasar energi internasional mengalami reorientasi mendalam pada sekitar 2020 saat negara-negara menyesuaikan diri dengan pecahnya aliran (energi) Rusia-Eropa," kata IEA.

IEA tahun lalu mengejutkan industri energi dengan mengatakan bahwa permintaan yang lebih rendah dan kenaikan bahan bakar rendah emisi membuat ladang minyak dan gas baru setelah 2021 tidak diperlukan dalam skenario Emisi Nol Bersih yang paling ramah iklim.

Puncak

Terkait Rusia, IEA mengatakan bahwa negara itu, yang merupakan pengekspor bahan bakar fosil terbesar di dunia, tidak akan pernah mendapatkan kembali pangsa dari bauran pasokan energi global yang mereka miliki sebelum invasi ke Ukraina.

Pasokan energi Rusia yang diperdagangkan secara internasional akan turun menjadi 13 persen pada 2030 dari sekitar 20 persen pada 2021, menurut proyeksi IEA.

IEA juga mengatakan bahwa permintaan global untuk setiap jenis bahan bakar fosil akan mencapai puncaknya atau stabil untuk pertama kalinya dalam sejarah pemodelan badan tersebut.

Emisi global bahan bakar fosil yang mengarah pada perubahan iklim akan mencapai puncaknya pada 2025, karena penggunaan batu bara turun dalam beberapa tahun ke depan, permintaan gas alam mendatar pada 2030, dan tingkat permintaan minyak turun di pertengahan dekade berikutnya sebelum jatuh.

"Salah satu dampak dari tindakan Rusia adalah bahwa era pertumbuhan pesat dalam permintaan gas alam akan segera berakhir," kata IEA, menunjuk pada permintaan global untuk gas kurang dari 5 persen antara tahun lalu dan 2030.

Sumber: Reuters
Baca juga: IEA: Dunia dalam "krisis energi global pertama yang sesungguhnya"
Baca juga: Pasokan minyak mentah AS turun, data minyak lainnya beragam
Baca juga: IEA: Krisis energi jangan memperdalam ketergantungan bahan bakar fosil

Penerjemah: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022