Jakarta (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan terdapat tiga syarat yang harus dituntaskan oleh seluruh pihak untuk benar-benar bisa mewujudkan Indonesia Maju pada tahun 2045.

"Kita yakin Indonesia ke depan menjadi negara hebat, negara adidaya di tahun 2045, bertepatan dengan 100 tahun Kemerdekaan Indonesia,” kata Ridwan Kamil dalam keterangan tertulis BKKBN di Jakarta, Jumat.

Ridwan menuturkan syarat pertama untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045 adalah negara telah terbebas dari anak stunting maupun kelahiran stunting baru. Stunting berdampak besar pada gagal tumbuhnya anak meliputi tinggi badan yang rendah dan otak tidak berkembang.

Baca juga: Gubernur Jabar minta Persis bantu Pemprov berantas tengkes

Di Provinsi Jawa Barat, berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, angka prevalensinya masih 24,5 persen dan masih berada di atas rata-rata nasional, yakni 24,4 persen.

"Jika nanti pada waktunya hamil dan merencanakan punya anak, kamu harus memperhatikan gizi anak-anak sejak hamil sampai dengan usia dua tahun. Kalau gagal, kena stunting, maka ketika besar, si anak itu tidak akan bisa bersaing, sedikit-sedikit minta belas kasihan, dikit-dikit tangannya di bawah," ujar Ridwan.

Ia menekankan stunting harus dicegah sejak anak memasuki usia remaja dengan bantuan lingkungan terdekat untuk mendeteksi indikasi-indikasi yang menyebabkan keluarga berisiko stunting.

"Kalau punya tetangga di kampung, di RT-nya punya bayi terlihat kurus, segera kamu lapor ke Posyandu, lapor ke kepala desanya. Kita bantu dan berantas stunting bersama-sama," katanya.

Syarat kedua adalah semua orang harus memahami ekonomi digital. Pemanfaatan ponsel saat ini tidak hanya terbatas untuk menjadi alat komunikasi saja, tapi juga menjadi alat produksi yang dapat meningkatkan keuangan keluarga.

Sementara syarat terakhir adalah menjaga keharmonisan antarsesama dengan tidak bertengkar.

"Pada 2045, Indonesia akan jadi negara hebat, kalau kita tidak saling bertengkar. Jadi 'tong parasea'! Allah menciptakan berbagai manusia dengan segala perbedaannya adalah sebagai rahmat, bukan sebagai sumber perselisihan dan kebencian," ujarnya.

Baca juga: Pemprov Jabar kerahkan 1,4 juta kader PKK tangani stunting

Baca juga: Cegah stunting, Jabar canangkan "Seribu Hari Pertama Kehidupan-Plus"


Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat sekaligus Bunda Genre Atalia Praratya menambahkan stunting harus dipantau sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan mengoptimalkan pola asuh, pola pemberian asupan gizi dan sanitasi.

Sementara Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Wahidin menyatakan BKKBN akan berpartisipasi aktif, mulai dari tingkat Posyandu dengan pelayanan KB, diikuti dengan menggalakkan pelayanan KB, peningkatan edukasi gizi melalui Dashat dan Bina Keluarga Balita (BKB).

“Secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi, sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR) serta stunting,” katanya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022