Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis patologi klinik dr. July Kumalawati, DMM, SpPK(K) menyebutkan sejumlah hal yang harus diperhatikan dan disiapkan jika seseorang memutuskan untuk melakukan tes swab antigen secara mandiri atau tanpa bantuan petugas kesehatan.

“Ternyata melakukan tes swab mandiri tidak semudah yang diperkirakan. Banyak hal yang bisa mempengaruhi hasilnya. Hasilnya bisa negatif palsu, bisa positif palsu. Belum lagi ada efek samping tindakan dari pengambilan swab itu sendiri,” kata dokter dari RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo dalam webinar yang diikuti di Jakarta, Selasa.

Langkah pertama, kata July, perhatikan jenis reagen yang akan digunakan. Saat ini marketplace atau pasar daring telah menjual berbagai reagen dengan produsen yang berbeda-beda.

Masyarakat diimbau untuk berhati-hati memilih reagen mengingat tidak semua reagen bagus. July menganjurkan masyarakat agar memilih reagen yang memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui pengecekan di aplikasi Mobile Alkes.

Baca juga: Cara bedakan alat tes usap baru dan bekas

“Biasanya kita pilih reagen yang sudah terdaftar di Kemenkes karena Kemenkes bertanggung jawab untuk memberikan izin pada reagen-reagen yang baik, tentunya tidak berbahaya untuk kita,” katanya.

Selain pemilihan reagen, hal lain yang perlu diperhatikan yaitu cara pengambilan sampel dengan menggunakan alat yang menyerupai cotton bud panjang atau tangkai swab khusus untuk lubang hidung. July menyarankan masyarakat agar memilih alat swab yang lentur dan tidak terlalu kaku sehingga tidak melukai bagian dalam hidung.

Teknik pengambilan sampelnya pun harus dilakukan dengan tepat dengan mendorong alat swab ke bagian nasofaring. Caranya dengan menyusuri dasar rongga hidung ke belakang arah telinga, bukan ke arah atas rongga hidung. Supaya memudahkan, pasien harus dalam posisi agak mendongakkan kepala dan pegang alat swab seperti layaknya memegang pena.

July mengatakan alat swab tidak boleh mengenai rongga hidung arah atas karena dikhawatirkan melukai tulang tengkorak, apalagi jika alat swab dimasukkan terlalu kasar dikhawatirkan dapat menembus ke otak.

Baca juga: Kemenkes harap tes antigen mandiri tidak untuk hindari status hitam

“Hidung kita ini penuh pembuluh darah dan saraf. Kalau kena pembuluh darah tentunya berdarah. Kalau kena saraf itu bisa mempengaruhi refleks otonom yang bisa mempengaruhi fungsi jantung, lambung. Jadi kita harus hati-hati, usahakan tidak lebih dari 30 derajat,” katanya.

Setelah melakukan pengambilan sampel dengan benar, maka hal terakhir yang perlu diperhatikan yaitu memastikan bahwa prosedur memasukkan sampel ke dalam tabung kecil dilakukan secara benar dan hati-hati hingga meneteskan cairan di rapid test cassette.

July menekankan pentingnya pasien yang melakukan swab mandiri untuk membaca petunjuk pemakaian alat swab terlebih dahulu sebab antara satu alat dengan alat lainnya bisa saja memiliki perbedaan ketentuan dalam waktu menunggu hasil tes dan hal-hal detail lainnya.

Baca juga: Ahli: Sekolah harus gencarkan tes COVID-19 di tengah pergantian musim

"Apabila hanya muncul garis pada huruf C dan tidak muncul garis pada huruf T di rapid test cassette, maka hasil tes menunjukkan negatif COVID-19. Jika garis muncul pada C dan T, maka hasil tes menunjukkan positif COVID-19. Namun, jika tidak muncul garis sama sekali, maka hasil tersebut dikatakan invalid," katanya.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022