... tokoh yang mendedikasikan hidupnya hanya untuk kemajuan bulu tangkis Indonesia dan dunia
Jakarta (ANTARA) - Meninggalnya Justian Suhandinata menjadi duka mendalam bagi dunia olahraga khususnya bulu tangkis Indonesia.

Pria yang lahir di Bandung, 20 November 1946 itu mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Bumrungrad, Bangkok, Thailand, Jumat (4-11) pukul 21:25 WIB.

Sebelum wafat di usia 75 tahun, Justian sempat mendapat perawatan di Negeri Gajah Putih karena terjatuh, lalu terkena serangan stroke pada 5 Oktober lalu.

Justian meninggalkan seorang istri yang juga merupakan mantan pebulu tangkis Poppy Tumengkol dan empat anak, serta tujuh cucu.

Berbagai ucapan duka datang dari berbagai kalangan. Banyak orang yang kehilangan tokoh yang memiliki banyak jasa di dunia bulu tangkis tersebut.

Ya, semasa hidup Justian Suhandinata memang dikenal sebagai tokoh besar dalam olahraga tepok bulu. Bukan saja di Indonesia, melainkan dunia.

Kiprah Justian di bulu tangkis begitu panjang. Kesukaannya bermain bulu tangkis diawali pada 1957. Satu tahun kemudian, Justian bergabung sebagai pemain bersama Perkumpulan Bulu Tangkis (PB Tangkas).

Semasa masih junior, dia menorehkan berbagai prestasi, misalnya, menjadi juara junior tingkat DKI Jakarta pada tahun 1964.

Kemudian, dia masuk Pelatnas PBSI. Dia juga tercatat pernah menjadi tim bayangan Piala Thomas pada 1967.

Organisator
Walaupun sempat menekuni bulu tangkis, bakat Justian lebih menonjol di bidang organisasi. Bahkan hingga menjelang mengembuskan napas terakhir, dia masih tercatat sebagai penasihat PBSI DKI Jakarta, Ketua Umum PB Tangkas, dan Council Member Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).

Lalu juga sebagai Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga (PB POR) Maesa dan Ketua Yayasan POR Maesa.

Karier organisasi Justian dimulai pada 1963 dengan menjadi anggota pengurus PB Tangkas. Satu tahun kemudian, dia menjadi Sekretaris Umum PB Tangkas hingga 1974.

Namanya di dunia bulu tangkis kian dikenal dengan mengemban sejumlah jabatan penting, termasuk menjadi Ketua Umum PBSI Jakarta Selatan pada 1976-1986.

Lalu menjadi anggota Komisi Teknik PBSI DKI Jakarta pada 1978-1980, hingga Ketua Pengprov PBSI DKI Jakarta pada 1982-1989.

Langkahnya makin maju dengan menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi PP PBSI pada 1985-1989, dan Wakil Ketua Umum PP PBSI pada 1986, Sekretaris Dewan Pengawas PP PBSI pada 1997–2001.

Tak hanya organisasi nasional, Justian juga andil dalam organisasi internasional khususnya terkait bulu tangkis.

Misalnya pada periode 1986–1987, dia menjabat sebagai anggota Council Member International Badminton Federation (IBF) atau kini BWF. Dia juga kembali terpilih mengembang jabatan tersebut pada 1987–1989.

Dia juga pernah menjadi Manajer Tim Bulu Tangkis Indonesia seperti pada 1986 untuk Hong Kong dan China Open. Juga Manajer Tim Piala Uber Indonesia di Kuala Lumpur pada 1988.

Bahkan menjadi Vice President IBF 1993-1995 dan kembali terpilih mengisi posisi tersebut pada 1999-November 2001.

Selama berkecimpung di bulu tangkis, Justian pada 2008 juga sukses mengegolkan nama Suhandinata Cup untuk diperebutkan sebagai trofi Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Junior atau BWF World Junior Mixed Team Championship.

Suhandinata adalah ayah Justian, tokoh yang bersama Sudirman mempersatukan organisasi bulu tangkis yang sempat terpecah dengan menjadi organisasi BWF di Tokyo 1981.

Justian pula yang menginisiasi bergulirnya Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior Perseorangan yang cikal bakalnya dengan menggelar Invitasi Bulu Tangkis Dunia Junior Bimantara (BWJBI) di Jakarta tahun 1986.

Ajang internasional ini akhirnya sejak 1992 menjadi ajang resmi BWF yang dipertandingkan saban tahun hingga kini.

Selama bergabung dengan PB Tangkas, dia turut mengantarkan sejumlah atlet meraih prestasi.

Seperti medali emas Olimpiade Atlanta 1996 lewat Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky, 10 gelar juara dunia, 9 juara All England, serta 10 medali emas Asian Games, terakhir lewat persembahan Jonatan Christie di Jakarta 2018.

Penghargaan
Atas dedikasi dalam dunia olahraga bulu tangkis, beragam penghargaan pun diterima pria asal Jawa Barat itu semasa hidup.

Bahkan, Justian memperoleh gelar kehormatan sebagai satu-satunya orang Indonesia yang mendapatkan penghargaan Honorary Life Vice President dari BWF.

Penghargaan ini diserahkan dalam forum AGM BWF pada 20 Mei 2017 di Gold Coast, Australia.

Selain itu dia juga dianugerahi penghargaan Satya Bina Bakti Utama dari PP PBSI pada 1996.

Pada 2021 juga mendapat Penghargaan Utama Pengabdian dalam Bidang Olahraga dari Menteri Pendidikan dan Olahraga Republik Indonesia (Parama Adi Manggalya Krida).

Di level internasional, dia mendapat penghargaan dari dari Dewan Olahraga Filipina pada 1990, lalu mendapat sertifikat penghargaan dalam memperkenalkan dan mengapresiasikan bulu tangkis dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada 1996. Serta berbagai penghargaan lainnya.

Ketua Umum PP PBSI Agung Firman Sampurna mengucapkan belasungkawa sekaligus mengatakan dunia bulu tangkis kehilangan salah satu tokoh berdedikasi tinggi.

"Kami ikut berduka cita atas berpulangnya tokoh bulu tangkis nasional dan internasional, Bapak Justian Suhandinata. Dunia bulu tangkis Indonesia tentu kehilangan dengan kepergian tokoh yang mendedikasikan hidupnya hanya untuk kemajuan bulu tangkis Indonesia dan dunia," kata Firman.

"Banyak jasa dan prestasi beliau untuk kemajuan prestasi bulu tangkis Indonesia. Bahkan hingga akhir hayatnya, Pak Justian masih berkiprah sebagai Dewan Penasihat PP PBSI 2020-2024. Mewakili PBSI dan insan bulu tangkis Indonesia, sekali lagi saya mengucapkan rasa duka cita dan terima kasih atas dedikasi dan pengabdian Pak Justian hingga akhir hayat," pungkas Agung.

Banyak hal yang telah dilakukan Justian Suhandinata untuk olahraga bulu tangkis. Terima kasih Justian atas dedikasi selama ini. Selamat jalan.




Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022