Selain bisa memenuhi 40 persen kebutuhan, pemerintah lokal di Bali bisa menghemat lebih dari 100 juta dolar AS per tahun
Jakarta (ANTARA) - China Huadian Corporation selaku investor dan operator pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng, turut memenuhi 40 persen kebutuhan listrik di Provinsi Bali selama berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

"Celukan Bawang menjamin stabilitas kebutuhan listrik di Bali dengan kontribusi yang mencapai 40 persen dari total kebutuhan," demikian Kepala Bidang Teknis PLTU Celukan Bawang, Li Qun, dalam keterangan persnya, Selasa.

Melalui kerangka kerja sama Prakarsa Sabuk Jalan (BRI) Huadian membangun PLTU Celukan Bawang untuk mengatasi kekurangan energi listrik di Bali bagian utara.

Sejak awal beroperasi pada Juni hingga Agustus 2015, tiga unit pembangkit berkapasitas 142 Megawatt (MW) mulai beroperasi di Celukan Bawang yang berjarak sekitar 150 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Provinsi Bali di Denpasar.

Tadinya Pulau Bali hanya mengandalkan pasokan listrik dari gas dan kabel bawah laut dari Pulau Jawa. Namun tidak pernah bisa memenuhi kebutuhan.

Sebelumnya rencana pembangunan pembangkit baru sering ditolak karena terbatasnya anggaran.


Baca juga: Infantino bagikan bola resmi Piala Dunia 2022 untuk pemimpin G20


Pada saat yang sama, karena biaya pembangkitan yang tinggi dan harga jual listrik yang rendah, maka pemerintah harus memberikan kompensasi kepada Perusahaan Listrik Negara(PLN) atas selisih harga beli dan harga jual tersebut.

Saat ini kapasitas produksi tahunan PLTU Celukan Bawang telah mencapai lebih dari 2,8 miliar kilowatt per jam (kwH).

"Selain bisa memenuhi 40 persen kebutuhan, pemerintah lokal di Bali bisa menghemat lebih dari 100 juta dolar AS per tahun," sebut Li.

PLTU Celukan Bawang juga mengakomodasi tuntutan sejumlah elemen masyarakat dengan turut membantu pelestarian lingkungan sekitar di Bali utara yang pemandangannya lebih hijau dan asri.

Pagar sepanjang 170 meter yang mengelilingi PLTU bergaya tradisional Bali dan banyak menyerap tenaga lokal dengan gaji di atas upah minimum daerah itu.


Baca juga: FIFA serukan gencatan senjata Rusia-Ukraina selama Piala Dunia 2022


"Setelah pembangunan selesai, kami memulihkan vegetasi sesuai aslinya dan menghijuakan area di luar lokasi pembangkitan," kata Jiao Hongxing, Direktur PT General Energy Bali, entitas perusahaan Huadian yang mengoperasikan PLTU Celukan Bawang.

Gardu induk di PLTU tersebut mengadopsi teknologi Gas Insulted Substations (GIS) yang secara efektif mampu menahan kabut garam dari laut untuk melindungi perangkat keras.

"Sebagai tujuan wisata internasional, pelestarian lingkungan menjadi perhatian utama kami. Pembangkit ini dirancang dan dioperasikan dengan prinsip meminimalkan dampak terhadap lingkungan," kata Jiao.

Menurut dia, lingkungan perusahaannya selama ini menyesuaikan dengan budaya, adat istiadat, dan agama penduduk lokal.

Perusahaan tersebut membangun pura dan masjid. Bahkan saat Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha, menurut Jiao, perusahaannya memberikan bonus dan bingkisan kepada karyawan dan warga sekitar.

Baca juga: Iriana ajak pendamping pemimpin negara G20 lihat kearifan lokal RI

Baca juga: Presiden IOC serukan persatuan dunia

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022