Jakarta (ANTARA) - Prediksi badan pangan dunia  Food and Agriculture Organization (FAO) terkait adanya ancaman krisis pangan global, menuntut seluruh bangsa di dunia untuk meninjau ulang kebijakan pembangunan pangan yang selama ini ditempuh, termasuk di Indonesia yang dikenal sebagai produsen padi nomor tiga terbesar di dunia, di bawah Tiongkok dan India, yang hingga kini masih terus berupaya mencarikan solusi terbaiknya.

Krisis pangan global betul-betul akan menjadi sebuah ujian bagi pengembangan sistem pangan bangsa dan negara yang harus disikapi secara serius.

Krisis pangan global, tidak boleh dianggap enteng. Sekali saja teledor dalam mengambil kebijakan, bisa jadi akan menjadi bumerang bagi kehidupan di masa mendatang.

Banyak pilihan kebijakan yang dapat diambil, baik di sisi produksi atau pun konsumsi pangan. Salah satu yang menarik untuk digarap adalah pengembangan padi hibrida yang memiliki potensi dan masa depan cerah.

Jika bangsa Indonesia mampu menerapkan tata kelola pengembangan padi hibrida yang berkualitas maka ancaman krisis pangan akan dapat menemui solusinya dengan lebih mudah,

Padi hibrida saat ini memang kembali jadi sorotan. Dengan produktivitasnya yang tinggi, pengembangan padi hibrida memberikan peluang dan kesempatan untuk mendongkrak produksi menuju ketersediaan pangan yang semakin kokoh.

Bagi bangsa ini, padi hibrida bukan hal yang sama sekali baru. Pemerintah sendiri telah mengenalkan padi hibrida kepada petani beberapa puluh tahun lalu.

Sekarang ini, Pemerintah sedang melakukan studi yang cukup intensif terkait dengan penyusunan peta jalan atau road map pengembangan padi hibrida.

Langkah ini tentu saja cukup menarik untuk dicermati. Betapa tidak, sebab dengan dikenalinya berbagai tantangan dan peluang ke depan, padi hibrida bisa menjadi pilihan kebijakan Pemerintah untuk memperkokoh ketahanan pangan bangsa dan negara.

Serangkaian Workshop dan Focus Grup Diskusi digelar di berbagai daerah yang selama ini dijadikan model percontohan budidaya padi hibrida.

Pemerintah sepertinya ingin memperlihatkan kepada publik, padi hibrida memiliki kesempatan untuk meningkatkan produksi sehingga pendapatan petani akan semakin membaik.

Sebagaimana diketahui, dari banyak literatur yang ada, pengertian hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik.

Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut.

Berdasarkan pengalaman selama ini, kelebihan padi varietas hibrida adalah potensi hasil panen yang maksimal. Hasil panen dapat mencapai satu setengah hingga dua kali lipat dari padi lokal. Butiran padi yang dihasilkan terlihat lebih bagus, dengan kualitas nasi yang lebih pulen dan wangi.

Sedangkan kelemahan dari padi hibrida antara lain, pertama, harga benih yang mahal. Kedua, petani harus membeli benih baru setiap tanam, karena benih hasil panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya. Ketiga, tidak setiap galur atau varietas yang dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida.

Jenis varietas padi hibrida di antaranya Intani 1 dan 2, Rokan, SL 8 dan 11 SHS, Segera Anak, PP1, H1, Bernas Prima, SEMBADA B3, B5, B8 DAN B9, Long Ping (pusaka 1 dan 2), Adirasa-1, Adirasa-64, Hibrindo R-1, Hibrindo R-2, Manis-4 dan 5, Hipa4, Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete, Hipa 7-10 11, MIKI 1-3, SL 8 SHS, SL 11 HSS, dan lain sebagainya.


Peran Penyuluh

Belum lama ini tebersit  kabar tentang hasil panen padi hibrida dari Ciamis, Jawa Barat, Bone di Sulawesi Selatan, dan Banyuasin, Sumatera Selatan. Hasilnya ternyata cukup mengesankan.

Produksi per hektarenya di atas 8 ton. Angka sebesar ini, tentu saja memberi harapan baru bagi ketersediaan beras. Tinggal sekarang sampai sejauh mana bangsa ini mampu mengampanyekan secara benar kepada para petani.

Pengembangan padi hibrida sangat membutuhkan adanya "political will" yang kuat dari Pemerintah, di samping dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam urusan pengembangan padi hibrida.

Dalam pelaksanaan di lapangan sangat dibutuhkan ada lembaga atau sosok yang memegang komando bagi penerapannya.

Sebab pembudidayaan padi hibrida juga butuh disosialisasikan atau dikampanyekan kepada para petani. Kesadaran petani penting dibuka terkait dengan kelebihan dan kelemahan padi hibrida.

Sebagai inovasi, akan sangat tepat jika para penyuluh pertanian tampil proaktif dalam mengadvokasi petani tentang padi hibrida ini. Kegiatan penyuluhan pertanian harus diperkuat agar kampanye pengembangan padi hibrida semakin masif di kalangan masyarakat petani Indonesia.

Begitu pun dengan upaya untuk meningkatkan daya juang para penyuluh pertanian saat ini dibanding para penyuluh pertanian di masa lalu. Suasana ini akan menjadi solusi tersendiri bagi pengembangan padi hibrida.

Untuk menjawab hal yang demikian, ada baiknya para penyuluh pertanian dididik dan dilatih secara intens terkait dengan padi hibrida. Mulai dari pemahaman secara teori tentang seluk beluk padi hibrida, lalu tata cara budidaya padi hibrida yang benar, kemudian peluang ekonomi yang bakal diperoleh, dan lain sebagainya.

Jujur harus diakui, tidak semua petani sudah mengenal padi hibrida dengan baik. Baru sebagian kecil petani yang sudah mencoba membudidayakan padi hibrida.

Pengenalan padi hibrida kepada petani menjadi sangat penting, sehingga dengan kesadaran sendiri, akan tergerak untuk mengembangkannya, bila padi hibrida memang menarik bagi para petani.

Bagi petani, selama varietas padi yang ditanamnya menguntungkan, umumnya mereka tidak terlampau mempersoalkan padi hibrida atau inhibrida.

Di sisi lain, kemudian harus diciptakan sistem pangan yang menjadi jaminan jika para petani menanam padi hibrida maka harga jualnya akan terjaga sehingga kesejahteraannya akan semakin meningkat.

Jawaban ini sangat penting bagi petani. Tanpa adanya jaminan harga, para petani hanya akan jadi permainan bandar atau tengkulak.

Pemerintah tentu harus berpihak. Tentu saja didukung oleh semua pihak sebab tanpa ada keberpihakan dari seluruh elemen bangsa ini, sulit petani padi akan berubah nasib.

Ini menjadi saat yang tepat untuk menunjukkan keberpihakan kepada sektor pertanian, penopang kebutuhan pangan bangsa ini.


*) Entang Sastraatmadja; Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat.


 

Copyright © ANTARA 2022