Sekitar 12,3 juta tablet penambah darah telah dibagikan supaya remaja putri tidak anemia ketika hamil nanti
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI melakukan pendekatan spesifik terkait masalah gizi pada remaja putri, ibu hamil dan balita untuk mempercepat penurunan laju stunting di Indonesia hingga 2024 mencapai 14 persen.

"Penguatan intervensi spesifik dalam percepatan penurunan stunting memberikan kontribusi bagi penurunan kasus yang akan kami kejar menjadi 14 persen pada tahun 2024," kata Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono dalam acara Forum Nasional Stunting 2022 di Jakarta, Selasa.

Dalam sisa dua tahun terakhir, kata Dante, pendekatan spesifik yang dilakukan berupa skrining atau penapisan anemia pada remaja putri dan ibu hamil.

Kemenkes telah mendistribusikan pengadaan alat hemoglobin (Hb) meter untuk 10 ribu puskesmas di seluruh Indonesia, dengan sasaran sebanyak 3,6 juta remaja putri diperiksa darahnya setiap tahun untuk deteksi dini risiko kekurangan darah.

Terhadap remaja putri yang terdiagnosa kekurangan darah, kata Dante, diberikan tablet tambah darah bagi pelajar putri kelas 7 hingga 12 untuk dikonsumsi setiap pekan.

"Sekitar 12,3 juta tablet penambah darah telah dibagikan supaya remaja putri tidak anemia ketika hamil nanti. Hingga bulan ketiga tahun 2022, hanya 29,23 persen remaja putri yang mendapatkan tablet tambah darah," katanya.

Selain remaja putri, Kemenkes juga mendistribusikan 4,8 juta tablet penambah darah untuk dikonsumsi satu tablet per hari oleh ibu hamil di seluruh puskesmas di Indonesia.

Baca juga: Kemenkes mulai penuhi alat Antropometri di 300 ribu posyandu

Baca juga: Kemenkes: Perlu kolaborasi semua pihak untuk atasi persoalan gizi


"Sekitar 79,41 persen ibu hamil harus mendapatkan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan untuk mencegah stunting," katanya.

Pendekatan berikutnya adalah pemeriksaan kehamilan. "Sebanyak 4,8 juta ibu hamil setiap hari memeriksakan kehamilan menggunakan metode Antenatal Care (ANC)," katanya.

Kemenkes telah menambah durasi pemeriksaan kehamilan yang tadinya empat kali, saat ini menjadi enam kali, dengan dua kali USG dan dua kali pemeriksaan oleh dokter spesialis.

Menurut Dante, sebanyak 63,87 persen alat USG telah didistribusikan Puskesmas di Indonesia dan akan dipenuhi secara bertahap, sampai semua puskesmas mendapat USG.

"Melengkapi puskesmas dengan USG dan pelatihan USG untuk dokter ini menjadi salah satu peran penting, karena perkembangan dan pertumbuhan bayi sejak dalam kandungan sudah bisa diukur apakah akan menderita stunting atau tidak pada kemudian hari setelah lahir," katanya.

Pendekatan spesifik lainnya adalah pemberian makanan tambahan hingga pemberian ASI eksklusif pada bayi dan ibu hamil.

Dante menambahkan sebanyak 12 provinsi prioritas penurunan stunting telah menunjukkan indikator perbaikan yang signifikan. Tapi masih ada tujuh provinsi lain yang masih tinggi proyeksi kasus stunting.

Ketujuh provinsi tersebut di antaranya, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

Baca juga: Kemenkes: Jaga gizi ibu hamil dan balita agar terhindar dari stunting

Baca juga: Menkes: TTD dan pola hidup sehat harus mulai digalakkan sejak remaja

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022