Penggunaan sastra sebagai media untuk mengekspresikan ide sosial dan politik merupakan sesuatu yang lazim
Depok, Jabar (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) Muhammad Luthfi mengatakan karya sastra dapat menjadi media diplomasi yang andal untuk mencapai tujuan tertentu, sebagaimana yang dilakukan sastrawan di Palestina dan Indonesia.

"Penggunaan sastra sebagai media untuk mengekspresikan ide sosial dan politik merupakan sesuatu yang lazim di dunia sastra, termasuk sastra Arab," kata Muhammad Lutfi di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Senin.

Dikatakannya, kesusastraan Arab berperan dalam revolusi kebudayaan pada masa pendudukan Napoleon Bonaparte di Mesir (1798–1801).

Napoleon datang ke Mesir tidak hanya membawa pasukan tentara, tetapi juga 167 ilmuwan dan mesin cetak, lalu mendirikan lembaga ilmiah dengan nama Institute d’Egypte yang terbagi dalam beberapa bidang, termasuk ilmu sastra dan seni.

Menurut dia, tercatat dalam sejarah bahwa setelah pernyataan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada 17 Agustus 1945, Indonesia belum mendapat pengakuan dari komunitas internasional.

Salah satu jalan yang ditempuh untuk mendapat pengakuan tersebut adalah dengan jalur diplomasi, baik berupa government to government maupun people to people.

Baca juga: UI-BSI perkuat penanganan gawat darurat dalam kampus

Baca juga: Guru matematika Jabodetabek dilatih Computer Algebra System oleh UI


"Dalam diplomasi government to government, Pemerintah Indonesia menggalang dukungan internasional dengan mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Haji Agus Salim untuk meyakinkan dunia internasional, khususnya negara-negara Arab, agar mengakui Kemerdekaan Indonesia," katanya.

Ia mengatakan dalam diplomasi people to people, Ali Ahmad Bakatsir salah seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia keturunan Hadramaut berperan penting dalam meyakinkan masyarakat Arab atas Kemerdekaan Indonesia.

Diplomasi melalui media sastra yang dilakukan Bakatsir membuat Mesir menjadi negara pertama yang mengakui Kemerdekaan Indonesia yang disusul oleh negara-negara Arab lainnya.

Luthfi menyampaikan hal itu dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Sastra sebagai Media Diplomasi dalam Upaya Memperoleh Pengakuan Kemerdekaan”. Ia memaparkan peran penting politik sastra dalam diplomasi budaya.

Tema diplomasi budaya yang dipilih Prof. Luthfi dalam orasi ilmiah saat pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar FIB UI ini sesuai dengan pengalamannya saat menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Riyadh, Arab Saudi pada 2009–2013.

Kajian tentang sastra dan diplomasi budaya belum banyak dikembangkan, sehingga yang disampaikan oleh Prof. Luthfi berkontribusi besar terhadap perkembangan kajian kesusastraan, terutama kesusastraan Arab.

Berkat kajian ilmiahnya ini, Prof. Muhammad Luthfi, M.A., Ph.D, dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Susastra FIB UI.

Baca juga: SKSG UI gelar TMTiC persiapkan Indonesia Emas 2045

Baca juga: Inovasi robot kapal bawah air nirawak mahasiswa UI "runner up" KKCTBN

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022