Kupang (ANTARA News) - Sedikitnya 86 warga negara Indonesia (WNI) dan 11 orang warga negara asing (WNI) asal Timor Leste, Amerika Serikat dan Korea Selatan, mengungsi ke Timor bagian barat Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat memanaskan situasi keamanan di Dili, pasca kerusuhan 28 April lalu di Tacitolu. "Hingga Kamis (4/5) malam, ada sekitar 86 WNI dan delapan orang warga negara Timor Leste, dua orang warga negara AS dan seorang lainnya dari Korea Selatan masuk ke wilayah kita melalui pintu perbatasan Mota Ain," kata Kepala Kantor Imigrasi Atambua, Slamet Santoso ketika dikonfirmasi ANTARA dari Kupang, Jumat. Berdasarkan keterangan WNI dan WNA yang sudah tiba di Atambua, ibukota Kabupaten Belu, mereka dengan terpaksa meninggalkan ibukota negara itu karena situasi keamanan di Kota Dili dan sekitarnya bagai "api dalam sekam" menyusul tewasnya empat orang dalam insiden 28 April di Tacitolu. Meskipun situasi keamanan di Kota Dili dan sekitarnya dilaporkan masih terus memanas, kata Santoso, pada Kamis siang tercatat sekitar 22 orang WNI dan 12 orang WNA tetap melakukan perjalanan darat ke Dili. "Alasan warga negara kita ke Dili karena mudah mendapatkan pekerjaan di wilayah bekas provinsi ke-27 Indonesia itu. Tidak ada alasan bagi kami untuk melarang mereka bepergian ke Timor Leste, sekalipun kami sudah menjelaskan situasi terakhir di Dili dan sekitarnya," ujar Santoso. Dari 12 WNA itu, kata dia, sembilan orang di antaranya adalah penduduk asli Timor Leste dan tiga orang lainnya dari Amerika Serikat. Sedang WNA yang masuk ke Indonesia, delapan orang di antaranya adalah warga negara Timor Leste, dua orang dari AS dan seorang lainnya dari Korea Selatan. Pada hari Kamis, Bandara Comoro, Dili, dilaporkan ditutup untuk umum, sehingga tak ada satu pun armada penerbangan yang "landing" dan "take off" di bandara tersebut. Sementara itu, lebih dari 100 orang anggota tentara Timor Leste yang masih aktif, akhirnya memilih jalan desersi dan berlari ke hutan bergabung dengan rekan-rekan mereka yang dipecat secara tidak dengan hormat oleh Panglima Angkatan Perang Timtim (FDTL), Brigjen Taur Matan Ruak. Sumber-sumber resmi menyebutkan tindakan desersi yang diambil lebih dari 100 anggota tentara Timor Leste itu karena merasa tidak puas dengan aksi penembakan terhadap rekan mereka pada saat meletusnya insiden Tacitolu pada 28 April lalu. "Jiwa korsa (semangat keprajuritan) mereka tumbuh setelah melihat rekan-rekan seperjuangannya tewas tertembak dalam insiden Tacitolu," kata sumber yang tak mau disebutkan jati dirinya. Kepala Kantor Imigrasi Atambua, Slamet Santoso mengatakan "mengalirnya" puluhan WNI dan belasan orang WNA ke Atambua mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hari-hari biasa yang hanya mencapai antara 30-40 orang. "Jumlah ini dua kali lipat dari situasi normal. Kondisi ini menunjukkan bahwa situasi keamanan di Dili sudah semakin tidak kondusif dan menurut pengakuan mereka tindakan meninggalkan ibukota negara Timor Leste itu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006