Canberra (ANTARA News) - Australia ingin mengirim pasukan ke Timor Timur (Timtim) setelah protes yang merenggut nyawa oleh tentara yang dipecat dan mengharapkan PBB mempertimbangkan perpanjangan missinya. PM John Horward, Jumat mengatakan ia akan mempertimbangkan pengiriman pasukan ke Dili, ibukota Timtim tapi hanya jika diminta. "Saya tentu mengharapkan bahwa kemungkinan itu (pengiriman pasukan)" tidak terjadi. Saya mengharapkan mereka dapat menyelesaikan masalah secara intern," kata Howard kepada radio Australia. Australia memimpin pasukan intervensi yang didukung PBB ke Timtim tahun 1999 untuk mengatasi kerusuhan oleh miliisi setelah rakyat Timtim memutuskan untuk merdeka. Sekitar 1.000 orang tewas dalam kerusuhan itu. Penggelaran militer Australia di Timtim membuat hubungannya dengan Indonesia tegang selama beberapa tahun. Pasukan perdamaian PBB meninggalkan Timtim setahun lalu dan missi PBB yang beranggotakan 11.000 tentara dan sipil ketika pertama kali digelar, menurun menjadi 130 administrator, polisi dan penasehat militer. Menurut rencana missi itu akan mengakhiri tugas mereka di Timtim, 20 Mei. "Saya kira kita memberikan pertimbangan positif untuk memperpanjang missi PBB di Timtim, " kata Menlu Australia Alexander Downer kepada wartawan. Pemerintah Timtim yang menghadapi krisis keuangan memecat lebih dari 500 tentara awal April yang memicu unjukrasa yang juga diikuti masyarakat. Aksi itu menurut pemerintah bermotip lebih luas. Empat orang tewas dan ratusan lainnya mengungsi ketika protes, Jumat lalu menjadi rusuh. Para pemrotes membakar mobil, melemparkan batu ke polisi dan pasukan keamanan menembaki massa. Australia telah menggelar pasukan di Irak, Afghanistan, Timur Tengah, Sudan dan Kepulauan Solomon. Australia mengirim hampir 400 tentara dan 90 polisi ke Solomon bulan lalu setelah pemilihan perdana menteri baru yang memicu protes rusuh dan negara Pasifik Selatan itu meminta bantuan untuk memulihkan hukum dan ketertiban, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006