Kupang (ANTARA News) - Kantor Imigrasi di Atambua, ibukota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat, dalam dua hari terakhir sekitar 209 warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Dili, Timor Timur meninggalkan ibukota negara itu menuju NTT pasca kerusuhan 28 April lalu di Tacitolu, Dili. "Dalam keterangan mereka, situasi keamanan di Dili bertambah tidak kondusif sehingga mereka memilih tinggalkan ibukota negara itu demi menyelamatkan diri sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," kata Kepala Kantor Imigrasi Atambua, Drs Slamet Santoso ketika dihubungi ANTARA News Kupang, Sabtu. Pada Kamis (4/5), tercatat 86 WNI yang masuk ke Atambua dan seterusnya ke Kupang melalui pintu perbatasan Mota Ain, termasuk juga sembilan orang warga Timtim dan tiga orang warga Amerika Serikat, sedang pada Jumat (5/5) tercatat 123 WNI dan satu warga Timtim. "Jumlah WNI yang masuk ke Atambua melalui pintu perbatasan Mota Ain dalam dua hari belakangan ini cukup signifkan (dalam jumlah yang besar) jika dibandingkan dengan hari-hari biasa dalam situasi normal," ujarnya. Menurut Kantor Berita AS, Associated Press, ketegangan yang terjadi di Dili pada Jumat dipicu oleh beredarnya pesan singkat (SMS) di telepon seluler bahwa para mantan tentara yang dipecat pada Maret lalu oleh Panglima Angkatan Perang Timtim (FDTL), Brigjen Taur Matan Ruak, sedang mempersiapkan sebuah serangan ke Kota Dili. Para mantan tentara yang dipecat itu, menurut laporan AP mengutip berita SMS tersebut, akan dibantu oleh elemen-elemen kepolisian dan militer setempat untuk melakukan penyerangan bersenjata ke ibukota negara Timtim. Situasi inilah yang tampaknya mendorong WNI meninggalkan Dili menuju Timor bagian barat NTT untuk mencari keselamatan. Warga Oecusse, daerah kantung (enclave) Timtim yang selama ini mencari hidup di Dili, juga telah meninggalkan ibukota negara itu menuju kampung halamannya dengan menumpang sebuah kapal feri pada Jumat dari Dili menuju Oecusse. Sumber-sumber resmi juga melaporkan bahwa lebih dari 100 tentara FDTL yang selama ini masih menunjukkan kesetiannya kepada Panglima FDTL, Brigjen Taur Matan Ruak juga memilih disersi dan lari ke hutan-hutan di sekitar Timtim. Mereka lari bersama lebih dari 20 anggota kepolisian negara itu (PNTL) menyusul aksi penembakan terhadap empat mantan anggota tentara yang dipecat dalam kerusuhan di Tacitolu pada 28 April lalu. Sementara itu, Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Kol Inf APJ Noch Bola yang dihubungi secara terpisah mengatakan, aparat keamanan dari TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) NTT-Timtim tetap melakukan patroli di perbatasan seperti biasa. "Sampai sejauh ini, situasi di perbatasan kedua negara masih aman dari gangguan para pelintas batas ilegal dari negeri seberang. Pasukan kita masih melakukan patroli seperti biasa," katanya yang dibenarkan pula oleh Komandan Satgas Pamtas NTT-Timtim, Kol Art Endiwan Prabowo yang dihubungi secara terpisah.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006