Jakarta (ANTARA News) - Tim dokter kepresidenan menyatakan mantan Presiden Soeharto tidak perlu menjalani pengobatan di luar negeri. "Kami dari tim dokter kepresidenan dan Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) menyatakan bahwa pak Harto tidak perlu berobat ke luar negeri karena kami masih bisa menanganinya," kata Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Bgigjen TNI dr Mardjo Soebandiono, di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, pernyataan itu telah disampaikan kepada pihak keluarga dan pihak keluarga menyatakan sependapat dengan tim dokter yang merawat mantan Presiden Soeharto. Pihak keluarga, kata dia, belum menginginkan mantan Presiden Soeharto dibawa ke luar negeri untuk menjalani pengobatan terkait penyakit yang dideritanya. Lebih lanjut ia menjelaskan saat ini keadaan umum mantan penguasa Orde Baru itu secara keseluruhan cukup baik. "Secara keseluruhan cukup baik dan sudah sadar penuh walaupun beberapa organ belum berfungsi sepenuhnya," kata Mardjo tentang kondisi terakhir pasiennya setelah menjalani operasi pemotongan usus sepanjang 40 sentimeter pada Senin dini hari lalu. Proses penyembuhan luka operasi pun, menurut dia, berjalan seperti yang diharapkan. "Kondisi ususnya positif. Beliau sudah bisa duduk dan sudah mulai `feeding` cairan," katanya. Mantan Presiden Soeharto, kata dia, saat ini juga sudah bisa berbicara dan diajak berkomunikasi oleh dokter yang merawatnya. "Beliau sudah tahu kalau diminta mengambil nafas panjang beliau melakukannya," ujarnya. Menurut dia, hingga saat ini mantan Presiden Soeharto masih dirawat secara intensif oleh tim dokter kepresidenan dan tim dokter dari RSPP. "Kita akan mengawasi itu sampai pasien betul-betul siap dipulangkan," katanya seraya menambahkan pihaknya tidak bisa memberikan kepastian mengenai kapan mantan presiden itu akan dipulangkan dari rumah sakit. Hingga Selasa sore sejumlah rekan dan pejabat terlihat berkunjung ke RSPP untuk menjenguk mantan Presiden Soeharto. Beberapa orang yang datang menjenguk diantaranya adalah Menteri Perkoperasian dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Surya Dharma Ali, mantan Menteri Pendidikan Fuad Hasan, pengusaha Rachmat Gobel, Gubernur Sutiyoso, pengacara Juan Felix Tampubolon serta artis Camelia Malik dan Sys NS.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006