Jambi (ANTARA) - Tim Peneliti Universitas Jambi (Unja) yang tergabung dalam “Ekspedisi Milir Berakit” meneliti ekosistem dan sejarah Sungai Batanghari.

"Dalam ekspedisi tersebut tim menemukan fakta menarik bahwa di sepanjang Sungai Batanghari banyak peninggalan sejarah," kata Ketua Program Studi Arkeologi FKIP Unja Asyhadi Mufsi Sadzali dalam keterangan tertulis yang diterima di Jambi, Kamis.

Menurut dia, di sepanjang sungai tersebut tim menemukan beberapa wilayah atau desa yang memiliki peninggalan sejarah, di antaranya Desa Gurun Tuo, Matagual, dan Mandiangin Tuo.

"Temuan tersebut masuk kategori Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB), seperti masjid-masjid tua dan rumah-rumah tua yang hingga saat ini masih digunakan atau ditempati oleh masyarakat,” katanya.

Baca juga: Unja dan Undip berdayakan Suku Anak Dalam melalui tanaman obat herbal

Dia menjelaskan, ekspedisi dan penelitian ini lebih fokus pada daerah pinggiran Sungai Batanghari sehingga pihaknya tidak bisa menggali sejarah lebih jauh lagi ke daratan.

“Saya yakin, masih banyak peninggalan sejarah yang masih belum terkuak di desa-desa yang telah kita singgahi tadi. Terutama sejarah kebudayaan,” katanya menjelaskan.

Dari hasil pendataan sementara, temuan sejarah seperti masjid-masjid tua itu diperkirakan dibangun pada tahun 1800-an, yang merupakan arsitektur tradisional yang bernilai sejarah budaya.

“Temuan yang ada merupakan peninggalan masa Kesultanan Jambi pada masanya, termasuk permukiman tua yang tersisa dari bangunan-bangunan yang ada,” katanya.

Menurut dia, ada beberapa wilayah di sepanjang bantaran Sungai Batanghari ini masih banyak permukiman yang memiliki peninggalan sejarah budaya.

“Seperti di Desa Gurun Tuo, Matagual, dan Mandiangin Tuo, tentu masih ada lagi desa-desa yang memiliki nilai sejarah tinggi seperti Benteng Tembesi, Desa Olak Rambahan, dan percandian," katanya.

Baca juga: Dosen FKIK Unja temukan inovasi pelembab bibir dari getah buah jernang

Ia mengatakan penelitian dan ekspedisi ini tidak hanya sebatas napak tilas saja, tetapi juga berharap seluruh masyarakat bisa melestarikan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Dalam ekspedisi ini terlibat pula peneliti ekologi biodiversitas ikan Sungai Batanghari. Kegiatan yang dilakukan selama perjalanan adalah mencatat aktivitas antropogenik kemudian mengukur kualitas air sungai dan identifikasi ikan.

Dia menyebutkan biodiversitas ikan di Sungai Batanghari, beberapa spesies sudah sulit ditemukan seperti arwana silver, belida, susur batang, jelawat, kapiat, ridi angus, dan sepat mutiara.

Faktor penyebab berkurangnya spesies tersebut selain karena pencemaran sungai juga masyarakat masih menangkap ikan menggunakan alat yang dilarang, yaitu setrum dan racun.

"Ekspedisi Milir Berakit ini bisa memotret kondisi aktivitas masyarakat secara langsung yang ada di sepanjang Sungai Batanghari, dan kita bisa membandingkan pemanfaatan sungai dari masa dahulu hingga sekarang," katanya.

Baca juga: Konjen Jepang-Unja jalin kerja sama penelitian dan pendidikan

Ekspedisi yang dimulai sejak 30 Desember 2022 lalu ini diperkirakan akan selesai pada 6 Januari 2023 di garis finish Sungai Batanghari di depan Rumah Dinas Gubernur Jambi.

Pewarta: Tuyani
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023