“Kami sependapat dengan Pusat Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) saat ini bahwa lonjakan kasus yang sedang berlangsung di China diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap situasi epidemiologis COVID-19 di wilayah WHO Eropa saat ini,” kata
Jenewa (ANTARA) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa China telah membagikan sebagian informasi mengenai situasi COVID-19, tetapi dibutuhkan lebih banyak data dari daerah-daerah di negara tersebut.

Kepala regional WHO untuk Eropa Hans Kluge menyebut tindakan pencegahan yang diberlakukan sejumlah negara "tidak keterlaluan", mengingat varian virus yang menyebar di China telah terlihat di Eropa dan di tempat lain, berdasarkan data yang dimiliki WHO.

“Kami sependapat dengan Pusat Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) saat ini bahwa lonjakan kasus yang sedang berlangsung di China diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap situasi epidemiologis COVID-19 di wilayah WHO Eropa saat ini,” kata dia, Selasa.

Namun, pejabat WHO yang mengawasi kawasan yang mencakup 53 negara dan membentang dari Greenland di barat laut hingga timur jauh Rusia itu menegaskan bahwa dunia "tidak bisa berpuas diri".

Dia mengakui bahwa China telah membagikan informasi pengurutan virus, tetapi menekankan bahwa WHO membutuhkan “informasi terperinci dan teratur”, terutama tentang epidemiologi dan varian lokal.

“Bukan tidak masuk akal bagi negara-negara untuk mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi populasinya sementara kami menunggu informasi lebih rinci yang dibagikan melalui basis data yang dapat diakses publik,” kata Kluge.

Dia merujuk pada persyaratan yang diberlakukan oleh beberapa negara untuk orang-orang yang datang dari China, termasuk tes negatif COVID-19 dan bukti vaksinasi lengkap.

“Untuk negara-negara di wilayah kami yang memperkenalkan tindakan pencegahan perjalanan seperti itu saat ini, kami menyerukan agar hal itu berakar pada sains, proporsional, dan tidak diskriminatif,” ujar dia.


Kurang pengawasan

Selama setahun terakhir, banyak negara di Eropa telah secara signifikan mengurangi “kapasitas pengawasan” mereka untuk COVID-19, menurut Kluge.

Dalam lima minggu pertama tahun 2022, informasi varian 1,2 juta kasus disampaikan sebagai bagian dari data pengawasan mingguan ke WHO dan mitranya, ECDC.

Namun, angka itu menurun menjadi sekitar 90.000 kasus dalam lima minggu terakhir tahun 2023.

“Kami memuji negara-negara Eropa yang telah mempertahankan pengawasan genom yang kuat–termasuk Denmark, Prancis, Jerman, dan Inggris,” tutur Kluge.

“Memang, data terbaru dari beberapa negara ini mulai menunjukkan peningkatan kehadiran virus rekombinan XBB.1.5 baru yang telah menyebar dengan cepat ke seluruh AS,” kata dia, menambahkan.

Kluge mengatakan otoritas kesehatan mencatat varian kasus XBB.1.5. di wilayah tersebut “dalam jumlah kecil namun terus bertambah.”

“Setelah tiga tahun pandemi yang panjang–dengan banyak negara bergulat dengan sistem kesehatan yang kewalahan, kekurangan obat-obatan esensial, dan tenaga kesehatan yang kelelahan–kita tidak dapat menanggung lebih banyak tekanan pada sistem kesehatan kita,” ujar dia, menegaskan.


Sumber: Anadolu

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023