Jakarta (ANTARA News) - Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas/kejuruan (SMA/SMK) saat ini belum bisa untuk mengukur standarisasi pendidikan nasional, tapi hanya mengukur kemampuan sekolah menyerap kurikulum pendidikan. "UAN agar bisa menjadi alat ukur standarisasi pendidikan, harus didukung standarisasi sarana pendidikan, seperti guru, perpustakaan, laboratorium serta kinerja para siswa dan guru," kata Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dr Bedjo Sujanto di Jakarta, Selasa. Ketika menjawab pers fungsi dan tujuan UAN, pakar ilmu pendidikan itu mengatakan, UAN bisa menjadi alat ukur standarisasi pendididikan nasional, antara lain perlu peningkatan nilai kelulusan minimal angka enam bukan 4,26 seperti saat ini serta kualitas materi soal harus setara di setiap daerah. "Jadi UAN bisa menjadi standarisasi pendidikan nasional jika sistem ujian dan materi soal sudah berstandar nasional yang didukung kualitas guru dan sarana pendidikan memadai di sekolah seperti halnya standar tes kemampuan berbahasa Inggris (TOEFL)," katanya. Kendati demikian, kata Bedjo, UAN memiliki nilai positif untuk mengetahui sekolah khususnya guru dan siswa mampu menyerap kurikulum pendidikan nasional. "Jika sebagian besar siswa tidak lulus UAN, berarti guru dan siswa di sekolah itu harus meningkatkan kinerjanya agar mampu memahami kurikulum pendidikan nasional dan untuk tahun selanjutnya seluruh siswa harus lulus UAN," katanya. Sebaliknya, jika bertahun-tahun, sekolah mengalami banyak siswa yang tidak lulus UAN, berarti sekolah harus melakukan evaluasi kemampuan guru dan sarana pendidikan, sehingga guru dan siswanya memahami kurikulum pendidikan. Rektor UNJ menyatakan tidak setuju adanya bimbingan tes atau les bagi siswa di sekolah tertentu untuk menghadapi UAN karena pada dasarnya masa proses belajar mengajar di sekolah sudah cukup waktu sesuai disediakan dalam kurikum pendidikan. "Sistem kursus dan bimbingan belajar menghadapi UAN serta seleksi masuk SMP, SD dan perguruan tinggi hanya memboroskan biaya, karena nilai ujian sekolah sesuai standar nasional, bisa dijadikan alat seleksi masuk sekolah atau perguruan tinggi," katanya. Sementara itu, Dekan FE-UNJ Nur Rachma yang juga ketua panitia dies natalis ke-42 UNJ mengatakan, acara dies natalis UNJ berlangsung selama 16 Mei-16 Juni 2006, antara diisi kegiatan lomba kesenian, olah raga, kebersihan, seminar ilmiah , bakti sosial kepada masyarakat, ceramah ustad kondang KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Nur Rachma berharap, kegiatan dies natalis UNJ mampu menggugah semangat para sivitas akademeika untuk meningkatkan mutu pendidikan dan SDM UNJ agar sejajar dengan perguruan tinggi ternama di dunia. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006