Dengan menggunakan Smartbox Mountrash, penerapan pajak karbon dapat lebih mudah dimonitor oleh siapapun
Jakarta (ANTARA) - PT Mountrash Avatar Indonesia mengembangkan anjungan tunai mandiri (ATM) sampah berbasis Smartbox dengan teknologi IoT (internet of things) dan AI (artificial intelligence) yang diklaim akan mempermudah dalam memonitor pergerakan emisi karbon.

“Dengan menggunakan Smartbox Mountrash, penerapan pajak karbon dapat lebih mudah dimonitor oleh siapapun sehingga akan tercipta perilaku untuk dukungan terhadap pengurangan emisi karbon,“ ujar CEO Mountrash Indonesia Gideon Wijaya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

PT Mountrash Avatar Indonesia merupakan usaha rintisan (startup) di bidang pengelolaan sampah. Mountrash memberikan peluang untuk masyarakat agar tetap bisa mendapatkan penghasilan dari sampah sehingga secara tidak langsung mendukung solusi mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi.

Ia mengatakan sudah ada pemesanan Smartbox ini dari berbagai kalangan seperti dari pemerintah daerah (pemda), swasta, institusi, organisasi, hingga sekolah.

“Kami sangat mendukung Program Bersih Sampah 2025 yang dicanangkan oleh pemerintah,” ujar Gideon.

Sebagaimana diketahui, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 97 Tahun 2017 yang mewajibkan semua pihak mendukung realisasi pengurangan sampah 30 persen dari sumbernya dengan target Bersih Sampah 2025.

Baca juga: Blue Bird gandeng mitra KLHK dorong sektor transportasi kelola sampah

Baca juga: Pegiat lingkungan desak pembentukan lembaga nasional pengelola sampah


Gideon menjelaskan masalah pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik, telah menjadi salah satu isu yang menjadi perhatian banyak orang di seluruh dunia.

Ia mengatakan plastik adalah jenis sampah yang paling mudah dibuang dan seringkali tidak mempedulikan lingkungan, dengan kontribusi 11,3 persen terhadap total sampah secara nasional,

Berdasarkan data yang ada, sampah yang tidak terkelola secara nasional mencapai 22,79 persen atau sebanyak 4 juta ton per tahun, dengan paling banyak dihasilkan dari sisa makanan sekitar 41,3 persen, diikuti oleh kayu, kertas, kain, kaca, logam, kulit dan plastik.

Di sisi lain, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan tingkat daur ulang plastik masih sangat rendah, yaitu sekitar 11 hingga 12 persen.

Meskipun, Kementerian Keuangan menyiapkan Rp89,6 triliun per tahun untuk penanganan perubahan iklim dalam lima tahun terakhir, atau 34 persen dari kebutuhan pendanaan tahunan sebesar Rp266,2 triliun.

Sebagai informasi, Indonesia memiliki sistem informasi pengelolaan sampah nasional yang dapat di akses di https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/.

Sedangkan, beberapa startup yang bergerak khususnya limbah atau sampah, di antaranya Waste4Change, Plastikpay, Reciki, Rekosistem, Rebricks, EwasteRJ, Armada Kemasan, MallSampah, Gringo, Angkuts, Mulung.co, SMASH, Limbahagia, Pojokplastik.

Baca juga: Cegah cemari lautan, Mountrash kumpulkan 8 juta sampah botol plastik

Baca juga: Mountrash ajak pengembang properti bangun pengolah sampah biodigester

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023