Antakya, Turki (ANTARA) - Turki kini mengerahkan segala upaya guna membersihkan puing-puing bangunan yang runtuh akibat gempa setelah operasi penyelamatan korban dinyatakan berakhir.

Operasi tersebut telah dilakukan selama dua pekan setelah gempa dahsyat menerjang pada 6 Februari, yang menewaskan lebih dari 46.000 orang di Turki selatan dan Suriah barat laut.

Badan Penanggulangan Bencana dan Kedaruratan Turki (AFAD) mengungkapkan sekitar 13.000 unit ekskavator, crane (derek jangkung), truk, dan alat berat lainnya sudah disebar ke zona gempa.

Jumlah korban tewas di Turki bertambah menjadi 41.020 orang, kata AFAD. Angka ini diperkirakan terus bertambah mengingat 385.000 apartemen di negara itu hancur atau rusak parah, sementara masih banyak korban yang belum ditemukan.

Di antara penyintas gempa di Turki dan Suriah adalah sekitar 356.000 wanita hamil yang amat membutuhkan akses ke layanan kesehatan reproduksi, kata badan kesehatan seksual dan reproduksi PBB (UNFPA) akhir pekan lalu.

Mereka terdiri dari 226.000 wanita hamil di Turki dan 130.000 wanita hamil di Suriah, 38.800 orang di antaranya bakal melahirkan bulan depan.

UNFPA menyebutkan kebanyakan wanita hamil itu kini tinggal di kamp-kamp pengungsian atau di tempat yang terpapar suhu sangat dingin. Mereka kesulitan mendapatkan makanan atau air bersih sehingga kesehatan mereka terancam.

Lembaga swadaya masyarakat Dokter Lintas Batas atau Medecins Sans Frontieres (MSF) mengungkapkan konvoi 14 truk yang mereka kerahkan sudah memasuki Suriah barat laut pada Minggu lalu.

Konvoi itu akan membantu operasi penyelamatan gempa di tengah kekhawatiran yang kian besar mengenai kurangnya akses ke daerah tersebut, yang masih dilanda perang.

Program Pangan Dunia (WFP) mendesak pihak-pihak berwenang di wilayah Suriah itu agar berhenti memblokir akses karena badan pangan ini berusaha membantu ratusan ribu orang yang terdampak gempa.

Di Suriah, yang sudah hancur akibat perang saudara selama 10 tahun, sebagian besar korban jiwa berada di bagian barat.laut itu.

Daerah tersebut dikuasai pemberontak yang memerangi pasukan Presiden Bashar al-Assad, sehingga mempersulit upaya mengirimkan bantuan kepada masyarakat.

Sumber: Reuters

Baca juga: Potret Timur Tengah: Jalan panjang menuju pemulihan gempa Turki-Suriah
Baca juga: Menlu sebut empat WNI meninggal dunia akibat gempa Turki
Baca juga: Korban tewas akibat gempa Turki 46 ribu lebih, pencarian dikurangi

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023