New Delhi (ANTARA) - India tampaknya diuntungkan oleh keputusan Rusia mengalihkan ekspor baja buatannya ke Asia, termasuk India, setelah Eropa menjatuhkan sanksi pada Rusia akibat invasi di Ukraina yang sudah genap satu tahun.

Namun, perkembangan ini juga mengancam kelangsungan pemasok dan produsen baja lokal India yang harus bersaing dengan baja impor yang lebih murah.

Volume impor produk baja Rusia untuk India meningkat hingga mencapai rekor tertinggi dalam delapan tahun terakhir selama 10 bulan pertama tahun anggaran, yang dimulai April 2022.

Data pemerintah yang dilihat Reuters menunjukkan India, yang merupakan produsen baja mentah nomor dua di dunia, mengimpor 281.000 ton baja dari Rusia antara April tahun lalu dan Januari tahun ini.

Angka itu hampir lima kali lebih besar dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Kenaikan impor tersebut merupakan buah dari pergeseran arus perdagangan baja Rusia ke Asia setelah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap Rusia akibat invasi Ukraina tahun lalu.

Kenaikan impor baja dari Rusia itu sendiri merugikan pemasok dan produsen baja di dalam negeri India sehingga memunculkan kekhawatiran bahwa pangsa pasar berpotensi hilang karena gagal bersaing dengan baja impor yang berharga lebih murah.

Rusia adalah pemasok baja nomor empat terbesar bagi India selama periode April 2022-Januari 2023. Perkembangan ini membuat Rusia menjadi salah satu dari lima importir baja di India yang untuk pertama kali terjadi sejak tahun fiskal 2016/2017.

Antara April dan Januari, sekitar 72 persen dari total pengapalan baja Rusia disalurkan ke India yang terdiri dari baja jenis hot-rolled coil (HRC) atau baja hitam, dan baja setrip.

Rusia menyalip Jepang sebagai pemasok baja HRC terbesar kedua di India dan ini untuk pertama kali terjadi dalam delapan tahun terakhir.

Pihak pemasok baja dari Rusia menjual sebagian produk HRC yang mereka miliki kepada para pembeli di India pada harga 46.000 rupee (sekitar Rp8,4 juta) per ton, kata seorang pejabat pemerintah India yang mengetahui perdagangan tersebut. 

Harga itu 21 persen lebih murah ketimbang harga baja lokal, kata pejabat itu.

Perusahaan-perusahaan baja India mengungkapkan keprihatinannya atas baja impor dari Rusia yang harganya lebih murah ini.

"Lonjakan pada volume dan ambang harga rendah sudah mengkhawatirkan dan perlu dikendalikan," kata Jayant Acharya, wakil direktur pelaksana pada JSW Steel Ltd.

Menurut data pemerintah India, negara ini masih menjadi pengekspor bersih baja selama 10 bulan pertama tahun fiskal 2022/2023.

Keadaan itu berlangsung kendati ekspor 'finished steel' (baja siap pasar tanpa perawatan lebih lanjut) berkurang lebih dari separuhnya selama periode itu karena permintaan global sedang melesu.

Rusia tetap menjadi pembeli terbesar baja tahan karat buatan India dengan volume yang diperkirakan terus bertambah.

Jindal Stainless Ltd, yang menjadi produsen baja tahan karat terbesar di India, memperkirakan pada tahun fiskal berikutnya ekspor perusahaan ini bakal mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir. 

Pencapaian itu akan dimungkinkan berkat kenaikan dalam volume pengapalan ke Rusia dan mulainya ekspor ke Amerika Selatan dan Timur Tengah.

Sumber: Reuters

Baca juga: Importir Rusia gandeng perusahaan kecil India untuk hindari sanksi

Baca juga: AS prihatin karena India jual minyak asal Rusia secara sembunyi

 

1.396 warga India berhasil pulang dengan selamat dari Ukraina



Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023