Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta agar setiap Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri atas bidan, kader PKK dan kader KB untuk mendampingi 21 keluarga berisiko stunting di Provinsi Bali.

“Kita perlu menguatkan kembali komitmen para fasilitator dan TPK untuk percepatan penurunan stunting,” kata Sekretaris BKKBN Provinsi Bali I Made Arnawa dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis.

Dalam pelatihan TPK yang digelar di Kota Denpasar, Rabu (22/02), Made mengingatkan meski secara nasional angka stunting turun dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen, setiap pihak tidak boleh lengah dan berpuas diri.

Baca juga: Bali targetkan angka kasus stuntingnya tetap terendah di Indonesia

Sebagai bentuk itikad yang kuat dalam menurunkan prevalensi stunting di Bali, yang semula menurut Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 sudah turun menjadi delapan persen dari 10,9 persen, BKKBN menempatkan 3.327 TPK atau 9.981 anggota TPK yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota di Bali.

Dalam pelaksanaannya, TPK bertugas memberikan fasilitasi penyuluhan, pelayanan rujukan dan fasilitasi pemberian bantuan sosial serta melakukan surveilans kepada sasaran keluarga berisiko stunting.

Para TPK akan mendapatkan pelatihan dari fasilitator terlebih dahulu supaya dapat dan sungguh-sungguh menyukseskan Program Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia, khususnya di Bali.

“Pelatihan ini dibagi menjadi dua angkatan, dimana Angkatan I dilaksanakan pada 22 sampai 23 Februari 2023, dan 24 sampai 25 Februari 2023 untuk Angkatan II secara klasikal,” ujar dia.

Seorang fasilitator TPK, I Kadek Dwi Prisaadi mengatakan pihaknya sudah memaksimalkan pelaksanaan pendampingan keluarga selama bulan Januari dan Februari 2023.

Baca juga: BKKBN: Adat dan pranikah kendala turunkan stunting di Bali

Baca juga: Angka kekerdilan tiga kabupaten di Bali di atas 13 persen


Sebagai fasilitator, pihaknya telah menyusun strategi dengan memberikan target masing-masing TPK untuk melakukan pendampingan kepada minimal 21 sasaran keluarga berisiko stunting.

Strategi tersebut, juga menjadi salah satu upaya yang mendukung hasil prevalensi percepatan penurunan stunting di Kota Denpasar menjadi terendah di seluruh Bali, yaitu 5,5 persen berdasarkan SSGI tahun 2022.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023