Kami membuka diri bagi akademisi, warga, dan pakar untuk mendapatkan perspektif yang lebih komprehensif mengenai mekanisme pengelolaan air yang telah berkembang
Jakarta (ANTARA) - Manajemen Perumda PAM Jaya  sebagai BUMD di bidang pelayanan air minum menyatakan siap menampung seluruh aspirasi warga dalam upaya mencari solusi terbaik terhadap persoalan air di Ibu Kota.

"Kami membuka diri bagi akademisi, warga, dan pakar untuk mendapatkan perspektif yang lebih komprehensif mengenai mekanisme pengelolaan air yang telah berkembang dan mampu mengidentifikasi variabel yang ada dalam suatu wilayah dengan tekanan air kecil," tegas Arief di Jakarta, Selasa, dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema "Mewujudkan Water Security dan Pelayanan Air Bersih di DKI Jakarta".

Terlebih, kata Arief, saat ini 81 persen sumber air baku di DKI Jakarta didapat dari Jatiluhur, 14 persen dari Tangerang, dan baru lima persen  dari sumber air di dalam Kota Jakarta yang akhirnya mengakibatkan cakupan layanan air perpipaan di DKI Jakarta baru sekitar 65,85 persen pada 2022.

"Di sisi lain, hasil uji kualitas air oleh Dinas lingkungan Hidup di lima wilayah DKI pada 2021 menyebutkan, sampel yang diambil dari sungai DKI Jakarta terindikasi satu persen tercemar ringan, 20 persen tercemar sedang, dan 79 persen tercemar berat," ucap Arief.

Tantangan lain, kata Arief, adalah wilayah yang cukup luas sehingga terdapat perbedaan tekanan air.

Di wilayah yang jauh dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) PAM Jaya misalnya, warga setempat akan mendapatkan tekanan air lebih kecil dibandingkan warga yang berada dekat IPA, hal tersebut karena pada jam sibuk warga di sekitar aliran air akan membuka keran secara bersamaan.

"Contohnya di Marunda Kepu, Jakarta Utara, yang bersebelahan dengan laut. Kondisi suplai rendah ternyata disebabkan tekanan kecil di wilayah tersebut. Jadi, solusi yang kami lakukan adalah membangun reservoir komunal disertai pompa dorong," ucap Arief.

Prinsip reservoir komunal, ucap Arief, pada dasarnya dengan menampung air di reservoir pada waktu air tidak banyak digunakan, kemudian tampungan air tersebut didorong oleh pompa ke rumah warga. Hasilnya, warga Marunda Kepu bisa menikmati air, bahkan hingga di rumah paling ujung.

"Solusi yang terbukti berhasil ini akan kami replikasi ke beberapa wilayah, seperti Jalan Cilincing Huk Cacing, Jalan Raya STIP Marunda Makmur, Waduk Pluit - Jalan Muara Baru Penjaringan, Kelurahan Tamansari, Gombol Paya - Kalideres, Booster Pump Tambora, Duri Kosambi, dan Kebon Kosong," tutur Arief.

Hal ini, tambah dia, adalah bentuk upaya menjaga ketahanan air bersih terutama pada tiga elemen, yaitu akses air, air yang aman digunakan, dan air yang terjangkau.

Pemenuhan tiga elemen ini penting untuk menciptakan ketahanan air untuk kebutuhan kehidupan masyarakat di wilayah tekanan air rendah.

"Ketahanan air ini adalah langkah penting untuk mendorong kedaulatan air di DKI Jakarta. Karena kualitas air sangat menentukan kualitas kehidupan, dan kesadaran itu memacu kami semua di PAM Jaya untuk berupaya melakukan percepatan sehingga target 100 persen cakupan pelayanan pada 2030 dapat tercapai," tutur Arief.

Selain Arief, narasumber dalam kegiatan FGD tersebut adalah Dosen Kajian Ketahanan Nasional SKSG UI Laksma TNI Abdul Rivai, Direktur Jenderal SDA Kementerian PUPR Jarot Widyoko, Pendiri dan Pimpinan Indonesia Water Institute Firdaus Ali, sub koordinator Urusan Perencanaan Bidang Geologi, Konservasi Air Baku, dan Penyediaan Air Bersih Dinas SDA DKI Jakarta Elisabeth Tarigan.
Baca juga: Pemkot Jakbar terima bantuan 130 tandon air dari PAM Jaya
Baca juga: Jakarta kemarin, pembebasan lahan hingga kebakaran di Jakarta Selatan
Baca juga: PAM Jaya diminta maksimal layani warga pasca swastanisasi berakhir

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023